Dua kakak-beradik, Hermanto dan Henry Wirawan, berhasil membesarkan Topremit sebagai startup layanan remitansi online dengan transaksi mencapai Rp700 miliar Medan, 1 Sept 2020 -

Hermanto dan Henry Wirawan merupakan dua kakak-beradik dari Medan yang berhasil membesarkan startup remitansi Topremit hingga mencapai transaksi senilai Rp700 miliar dan memiliki 40.000 pengguna.

Berawal dari bisnis keluarga, pada tahun 2018 mereka memutuskan untuk mendigitalisasi usaha remitansi dan menjadi pionir layanan remitansi online di Indonesia. Hanya dalam waktu setahun, Topremit pun meluncurkan aplikasi mobile pada bulan Oktober 2019 dan mendapatkan penghargaan dari Bank Indonesia sebagai “Penyelenggara Transfer Dana Terbaik 2019”.

Cerita kesuksesan Hermanto dan Henry merupakan salah satu contoh dari sedikit startup daerah yang berhasil memenangkan persaingan. Pasalnya, kesenjangan infrastruktur dan lingkungan membuat mayoritas startup di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, terutama di daerah Jabodetabek.

Menurut Buku Mapping dan Database Startup Indonesia 2018 yang dirilis oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI), total startup yang berada di Jawa meliputi 76,92% dari total 992 startup. Dari jumlah tersebut, 52,62% diantaranya berada di wilayah Jabodetabek.

Baik Hermanto dan Henry mengakui bahwa membesarkan startup digital dari daerah mempunyai tantangan-tantangan tersendiri. “Yang paling sering kami temui adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Bukan berarti di Medan tidak ada talenta yang bagus, tentunya ada. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah SDM yang mumpuni di Jakarta tentu lebih banyak,” ungkap Hermanto, CEO Topremit.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sebastian Trzcinski-Clément, Head of Developer Relations and Startup Ecosystem di Google. Ia menyatakan bahwa salah satu masalah yang kerap dihadapi startup di Indonesia adalah kurangnya SDM handal dan siap kerja. Ketika ada SDM yang berkualitas, mereka lebih banyak direkrut oleh perusahaan besar atau startup dengan level yang lebih tinggi. Inilah yang membuat startup daerah lebih sulit untuk bersaing.

Di fase-fase awal, Hermanto dan Henry belum memiliki budget untuk melakukan perekrutan. Karena itu, sebagai co-founder, mereka harus merangkap beberapa pekerjaan sekaligus. Misalnya, Hermanto harus belajar mendalami digital marketing, sementara adiknya, Henry, berinisiatif untuk memahami cara pembuatan konten yang pas untuk kebutuhan marketing. Keduanya sepakat membagi tugas dan menekuni bidang yang berbeda agar dapat saling melengkapi.

“Di fase awal startup tanpa funding, saya yakin itu adalah langkah yang tepat untuk dilakukan. Kami harus saling melengkapi tanpa memandang jabatan, dan tentunya kami harus jago membagi tanggung jawab agar bisa saling melengkapi. Seiring berjalannya waktu, ketika kami mulai memasuki fase profit, kami pun bisa mulai merekrut tim yang kompeten dan ahli di bidangnya,” ungkap Henry yang menjabat sebagai CMO Topremit.

Sama seperti startup lain, tantangan berikutnya yang dihadapi Topremit adalah mendapatkan kepercayaan dari pengguna baru. Selama ini, masyarakat Indonesia terbiasa melakukan layanan remitansi secara konvensional. Ketika beralih ke online, seringkali mereka belum terbiasa atau kurang percaya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Hermanto dan Henry memprioritaskan transparansi transaksi, dimana pengguna Topremit bisa memonitor proses pengiriman uang secara real time melalui platform online. Mereka juga menawarkan biaya transfer ke luar negeri yang 87% lebih terjangkau dari biaya layanan remitansi konvensional. Untuk memastikan keamanan dan legalitasnya, Topremit juga telah terdaftar dan diawasi oleh Bank Indonesia.

Hermanto dan Henry berharap akan semakin banyak startup daerah yang dapat tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia. Pasalnya, kehadiran startup bisa menjadi solusi bagi isu-isu lokal berbeda yang dihadapi oleh setiap daerah. “Elemen terpenting agar dapat bisa mendirikan startup yang sustainable adalah eksekusi. Karena banyak sekali orang yang memiliki ide bagus, namun tidak dapat mengeksekusinya dengan baik,” ungkap Henry.

Tidak banyak startup di Indonesia yang didirikan oleh kakak-beradik. Mayoritas startup yang ada didirikan bersama kolega atau rekan kerja yang telah dikenal lama. Namun, bagi Hermanto dan Henry, hal ini justru menjadi faktor yang mempermudah koordinasi kerja mereka.

“Banyak orang menghindari membangun bisnis bersama keluarga sendiri. Namun, saya justru senang bisa menjalankan Topremit dengan kakak saya (Hermanto). Poin plusnya adalah karena kami sudah bersama-sama sejak kecil dan mengenal satu sama lain dengan baik, sehingga kami bisa saling terbuka. Jika kinerja ada yang kurang, beliau akan memberitahu saya, dan sebaliknya. Inilah yang membuat bisnis kami bisa berkembang dengan cepat,” ungkap Henry.

Ke depannya, Hermanto dan Henry menargetkan Topremit untuk mencapai volume transaksi sebesar Rp1 triliun di tahun 2020. “Dengan peningkatan signifikan, artinya semakin banyak transaksi dan semakin banyak orang yang terbantu dengan adanya aplikasi Topremit. Ini merupakan cita-cita kami, yaitu memberikan kemudahan dan kenyamanan pengiriman uang dari Indonesia ke luar negeri. Untuk ambisi jangka panjang, kami ingin suatu saat meningkatkan sistem kami agar semua orang bisa mengirimkan uang antarnegara segampang chatting,” kata Hermanto.

Tentang Topremit
Topremit dimulai di Medan tahun 2009 sebagai bisnis remitansi konvensional. Seiring meningkatnya permintaan pasar dan mengikuti perkembangan platform digital, pada bulan Agustus 2018, Hermanto (CEO) dan Henry Wirawan (CMO) mengubah layanan Topremit dari offline ke layanan remitansi online, dan menjadi penyedia layanan remitansi online internasional pertama dari Indonesia.

Untuk menjawab tuntutan pasar akan layanan remitansi mudah dan mobile, Topremit meluncurkan aplikasi seluler di platform iOS dan Android. Pada bulan Desember 2019, Topremit kemudian mendapatkan penghargaan sebagai “Layanan Pengiriman Uang Terbaik Tahun 2019” oleh Bank Indonesia.

Topremit menawarkan layanan remitansi online yang aman, cepat, dan 87% lebih terjangkau (dibandingkan biaya remitansi konvensional) pada platform web, iOS, dan Android ke 20 negara di Asia, Australia, Inggris, dan Eropa.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020