Rencana akuisisi Newcastle United oleh konsorsium yang disokong Arab Saudi dikabarkan batal, setelah kelompok itu mengumumkan mereka mengakhiri ketertarikan mereka pada Kamis, demikian dilansir Reuters.
Grup tersebut, yang di dalamnya terdapat perusahaan pengelola dana kekayaan Arab Saudi PIF, PCP Capital Partners and Reuben Brothers, dilaporkan sempat menawarkan dana sebesar 300 juta pound untuk membeli Newcastle kepada pebisnis Britania Mike Ashley.
Baca juga: Tottenham sedikit lagi sepakati transfer Hojbjerg dari Southampton
"Dengan apresiasi mendalam kepada komunitas Newcastle dan signifikansi klub sepak bolanya, kami telah mengambil keputusan untuk menarik ketertarikan kami untuk membeli Newcastle United Football Club," demikian pernyataan grup tersebut.
"Kami melakukannya dengan rasa menyesal, sebab kami tertarik dan berkomitmen sepenuhnya untuk berinvestasi di kota Newcastle yang hebat, dan percaya bahwa kami dapat mengembalikan klub ke posisi yang layak dalam sejarah, tradisi, untuk para penggemar."
Baca juga: Arsenal tanpa Mustafi awali musim baru
"Sayangnya proses yang berkepanjangan dengan kondisi saat ini ditambah ketidakpastian global menjadikan investasi potensial ini tidak lagi layak secara komersial," tambahnya.
Baca juga: Nasib Mesut Ozil di Arsenal semakin tidak jelas
Dewan Liga Inggris telah melakukan pemeriksaan terhadap proses pengambil alihan itu sebagai bagian "tes para pemilik dan direktur," yang mengevaluasi kelayakan grup-grup pemilik.
Meski demikian CEO Liga Inggris Richard Masters pada bulan lalu sempat menyatakan bahwa rencana pembelian tersebut berada dalam posisi rumit.
"Pada akhirnya, proses tanpa kepastian yang berlangsung panjang antara grup investasi dan para pemilik telah habis dan tesis investasi kami tidak dapat dilanjutkan," kata grup itu menambahkan.
Grup tersebut menuturkan bahwa situasi menjadi semakin sulit karena ketidakpastian mengenai kapan musim depan akan dimulai, dan norma-norma baru yang akan harus diterapkan pada pertandingan, latihan, maupun aktivitas-aktivitas lain.
Salah satu masalah yang sempat menimbulkan kritik terhadap upaya grup konsorsium Arab Saudi adalah respon negara Teluk itu terhadap kasus penyiaran Liga Inggris tanpa izin di sana.
Pada bulan lalu, panel World Trade Organization (WTO) mengatakan Arab Saudi telah melanggar peraturan global terkait hak-hak kekayaan intelektual karena gagal memblokir penyiaran tayangan olahraga dan film ilegal .
Arab Saudi juga dianggap banyak melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh negara-negara Eropa dan AS, yang juga menimbulkan banyak kritik terhadap langkah konsorsium.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Grup tersebut, yang di dalamnya terdapat perusahaan pengelola dana kekayaan Arab Saudi PIF, PCP Capital Partners and Reuben Brothers, dilaporkan sempat menawarkan dana sebesar 300 juta pound untuk membeli Newcastle kepada pebisnis Britania Mike Ashley.
Baca juga: Tottenham sedikit lagi sepakati transfer Hojbjerg dari Southampton
"Dengan apresiasi mendalam kepada komunitas Newcastle dan signifikansi klub sepak bolanya, kami telah mengambil keputusan untuk menarik ketertarikan kami untuk membeli Newcastle United Football Club," demikian pernyataan grup tersebut.
"Kami melakukannya dengan rasa menyesal, sebab kami tertarik dan berkomitmen sepenuhnya untuk berinvestasi di kota Newcastle yang hebat, dan percaya bahwa kami dapat mengembalikan klub ke posisi yang layak dalam sejarah, tradisi, untuk para penggemar."
Baca juga: Arsenal tanpa Mustafi awali musim baru
"Sayangnya proses yang berkepanjangan dengan kondisi saat ini ditambah ketidakpastian global menjadikan investasi potensial ini tidak lagi layak secara komersial," tambahnya.
Baca juga: Nasib Mesut Ozil di Arsenal semakin tidak jelas
Dewan Liga Inggris telah melakukan pemeriksaan terhadap proses pengambil alihan itu sebagai bagian "tes para pemilik dan direktur," yang mengevaluasi kelayakan grup-grup pemilik.
Meski demikian CEO Liga Inggris Richard Masters pada bulan lalu sempat menyatakan bahwa rencana pembelian tersebut berada dalam posisi rumit.
"Pada akhirnya, proses tanpa kepastian yang berlangsung panjang antara grup investasi dan para pemilik telah habis dan tesis investasi kami tidak dapat dilanjutkan," kata grup itu menambahkan.
Grup tersebut menuturkan bahwa situasi menjadi semakin sulit karena ketidakpastian mengenai kapan musim depan akan dimulai, dan norma-norma baru yang akan harus diterapkan pada pertandingan, latihan, maupun aktivitas-aktivitas lain.
Salah satu masalah yang sempat menimbulkan kritik terhadap upaya grup konsorsium Arab Saudi adalah respon negara Teluk itu terhadap kasus penyiaran Liga Inggris tanpa izin di sana.
Pada bulan lalu, panel World Trade Organization (WTO) mengatakan Arab Saudi telah melanggar peraturan global terkait hak-hak kekayaan intelektual karena gagal memblokir penyiaran tayangan olahraga dan film ilegal .
Arab Saudi juga dianggap banyak melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh negara-negara Eropa dan AS, yang juga menimbulkan banyak kritik terhadap langkah konsorsium.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020