Petenis Austria Dominic Thiem, yang akan melakoni babak final pertamanya di Australia Open 2020, menyebut bahwa pertaruhannya untuk meraih gelar juara Grand Slam perdananya hari Minggu terasa lebih menantang dibanding dua final sebelumnya di Roland Garros (French Open) 2018-2019.
"Di sini saya lebih merasa punya pengalaman, saya bisa mempertahankan performa selama dua minggu terakhir, yang mana tidak saya rasakan saat berada di final Roland Garros. Saya akan memainkan kemampuan terbaik pada Minggu malam," kata Thiem, dilansir dari laporan atptour.com, Sabtu.
Optimisme yang ditunjukkan Thiem di Australia Open 2020, tepatnya di lapangan permukaan keras Rod Laver Arena Melbourne, berlandaskan dari rasa percaya diri yang muncul sejak ia memenangi Indian Wells 2019.
Baca juga: Thiem tantang Raja Australia Open Djokovic di babak final
Pada Australia Open tahun lalu, Thiem tersingkir di babak kedua. Saat itu, ia masih dikenal sebagai petenis yang jago di lapangan tanah liat. Namun, dua bulan kemudian, tepatnya di turnamen Indian Wells Amerika Serikat, Thiem merebut gelar juara pertamanya di tingkat ATP Masters 1000 yang merupakan lapangan keras secara mengejutkan.
Sejak itu, ia menjadi lebih percaya diri berkompetisi di lapangan keras dan bahkan menambah dua gelar lainnya pada permukaan tersebut di 2019, yaitu di Vienna dan Beijing. Pada turnamen akhir musim ATP Finals 2019 di lapangan keras O2 London, Thiem juga sukses merebut gelar juara setelah menundukkan Stefanos Tsitsipas (Yunani) di babak final.
"Kemenangan di Indian Wells memberiku banyak kepercayaan diri karena saya mencetak gelar juara Masters 1000 pertama di lapangan keras. Permainan saya sangat berkembang, saya membuat langkah besar. Saya menjadi lebih agresif di lapangan keras, memulai (servis) lebih pintar dan mengembalikan pukulan lebih baik. Jika di final London saya bisa, mengapa tidak juga di lapangan keras?," katanya menceritakan.
Baca juga: Federer didenda Rp40 juta karena memaki
Di babak final Australia Open, petenis peringkat lima ini akan bertemu peringkat dua asal Serbia Novak Djokovic, yang dikenal sebagai penguasa lapangan keras di Melbourne dan tengah berusaha menambah gelar kedelapannya di turnamen akbar awal musim ini.
Ia tahu sejarah yang dicatatkan Djokovic di Melbourne, yang tak pernah kalah dari semifinal. Namun, Thiem punya kepercayaan diri tinggi dan siap memberi Djokovic perlawanan keras di babak final.
"Tentu dia adalah (petenis) favorit. Dia memenangi tujuh gelar di sini, tidak pernah kalah di final, dan kini sedang mengejar yang kedelapan. Saya merasa baik-baik saja di lapangan, saya akan memainkan permainan yang hebat. Pasti saya akan bermain sangat baik di hari Minggu," tutur Thiem.
Thiem maju ke babak final setelah mengalahkan Alexander Zverev, peringkat tujuh asal Jerman, di babak semifinal. Keduanya sama-sama berambisi untuk menggeser dominasi petenis peringkat tiga besar dunia yang dipegang petenis berusia di atas 30 tahun, yaitu peringkat satu Rafael Nadal (33 tahun, Djokovic (32 tahun), dan peringkat tiga Roger Federer (38 tahun).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Di sini saya lebih merasa punya pengalaman, saya bisa mempertahankan performa selama dua minggu terakhir, yang mana tidak saya rasakan saat berada di final Roland Garros. Saya akan memainkan kemampuan terbaik pada Minggu malam," kata Thiem, dilansir dari laporan atptour.com, Sabtu.
Optimisme yang ditunjukkan Thiem di Australia Open 2020, tepatnya di lapangan permukaan keras Rod Laver Arena Melbourne, berlandaskan dari rasa percaya diri yang muncul sejak ia memenangi Indian Wells 2019.
Baca juga: Thiem tantang Raja Australia Open Djokovic di babak final
Pada Australia Open tahun lalu, Thiem tersingkir di babak kedua. Saat itu, ia masih dikenal sebagai petenis yang jago di lapangan tanah liat. Namun, dua bulan kemudian, tepatnya di turnamen Indian Wells Amerika Serikat, Thiem merebut gelar juara pertamanya di tingkat ATP Masters 1000 yang merupakan lapangan keras secara mengejutkan.
Sejak itu, ia menjadi lebih percaya diri berkompetisi di lapangan keras dan bahkan menambah dua gelar lainnya pada permukaan tersebut di 2019, yaitu di Vienna dan Beijing. Pada turnamen akhir musim ATP Finals 2019 di lapangan keras O2 London, Thiem juga sukses merebut gelar juara setelah menundukkan Stefanos Tsitsipas (Yunani) di babak final.
"Kemenangan di Indian Wells memberiku banyak kepercayaan diri karena saya mencetak gelar juara Masters 1000 pertama di lapangan keras. Permainan saya sangat berkembang, saya membuat langkah besar. Saya menjadi lebih agresif di lapangan keras, memulai (servis) lebih pintar dan mengembalikan pukulan lebih baik. Jika di final London saya bisa, mengapa tidak juga di lapangan keras?," katanya menceritakan.
Baca juga: Federer didenda Rp40 juta karena memaki
Di babak final Australia Open, petenis peringkat lima ini akan bertemu peringkat dua asal Serbia Novak Djokovic, yang dikenal sebagai penguasa lapangan keras di Melbourne dan tengah berusaha menambah gelar kedelapannya di turnamen akbar awal musim ini.
Ia tahu sejarah yang dicatatkan Djokovic di Melbourne, yang tak pernah kalah dari semifinal. Namun, Thiem punya kepercayaan diri tinggi dan siap memberi Djokovic perlawanan keras di babak final.
"Tentu dia adalah (petenis) favorit. Dia memenangi tujuh gelar di sini, tidak pernah kalah di final, dan kini sedang mengejar yang kedelapan. Saya merasa baik-baik saja di lapangan, saya akan memainkan permainan yang hebat. Pasti saya akan bermain sangat baik di hari Minggu," tutur Thiem.
Thiem maju ke babak final setelah mengalahkan Alexander Zverev, peringkat tujuh asal Jerman, di babak semifinal. Keduanya sama-sama berambisi untuk menggeser dominasi petenis peringkat tiga besar dunia yang dipegang petenis berusia di atas 30 tahun, yaitu peringkat satu Rafael Nadal (33 tahun, Djokovic (32 tahun), dan peringkat tiga Roger Federer (38 tahun).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020