Wakil Ketua KPK Laode M Syarif memberikan kuliah umum di Universitas HKBP Nommensen Medan, Kamis (12/12). Kuliah umumnya mengangkat tema Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberantasan Korupsi.

Di Nomensen Laode disambut dengan ulos dan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Laode sendiri mengaku kehadirannya sebagai orang yang memerangi korupsi sebenarnya terbalik.

"KPK-lah yang seharusnya belajar ke perguruan tinggi dan organisasi keagamaan untuk mencari solusi terbaik penanganan korupsi di Indonesia. Saya selalu tidak nyaman menjelaskan apa itu antikorupsi. Seharusnya KPK yang datang untuk belajar antikorupsi," ujarnya.

Laode mengaku terkesima dengan sebuah kalimat dari Alkitab yang terpampang di pintu masuk Gedung Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen. Tulisan itu merupakan kalimat dalam Alkitab Amsal 1:7 yakni "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan".

"Saya berdiri, saya melihat tulisan itu, dari Amsal. Saya kira di situ semua sudah jelas. Kitab-kitab agama lainnya juga ada menjelaskan ini. Korupsi bukan cuma jahat. Tapi jauh lebih jahat dari kejahatan-kejahatan lainnya," ujarnya.

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar ini menyampaikan, korupsi adalah kejahatan yang serius. Korupsi merusak pasar, merusak proses demokrasi, melanggar HAM, meruntuhkan tatanan hukum, menurunkan kualitas hidup, dan biasanya dia menyakiti orang yang miskin.

Oleh karenanya korupsi harus dijadikan musuh bersama. Laode sempat bertanya kepada para mahasiswa saat pemilihan presiden dan legislatif April 2019 menerima tawaran mencoblos dengan iming iming uang.

"Siapa yang pernah ditawari uang? Itu salah satu contoh korupsi merusak demokrasi. Jangan berharap kita mendapatkan wakil rakyat di parlemen yang baik. Padahal pemilu dilakukan sungsang. Jangan heran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia lamban naik," tuturnya.

Lanjutnya, 1500 karyawan termasuk pegawai tidak tetap (kontrak) KPK bertanggung jawab menangani korupsi dari Aceh sampai Papua. Keterbatasan tersebut, membuat KPK kesulitan mengawasi setiap lika-liku proyek negara. Oleh sebab itu, Laode mengajak setiap elemen pemerintahan dan akademisi meningkatkan kesadaran korupsi.

"Kita harus berupaya ada sekurangnya kurangnya di lingkungan kita untuk jauh lebih baik ke depan," katanya lagi.

Laode menjelaskan para koruptor yang merugikan keuangan negara rata-rata berstatus profesional dan memiliki predikat sebagai orang terdidik. Mereka mayoritas berstatus magister. Artinya korupsi justru dilakukan oleh orang orang terdidik.

"Mayoritas koruptor itu Magister. Nah, kenapa? Karena korupsi selalu di lingkungan orang-orang dengan kekuasaan," jelasnya.

Ia meminta mahasiswa dan pengajar kampus mulai membiasakan hidup jujur dan disiplin. Sebab mahasiswalah yang menjadi corong pemimpin masa depan.

"Sebab sulit dibayangkan, bila mahasiswa yang titip absen, korupsi logistik oleh aktivis mahasiswa setiap kegiatan, atau dosen yang menjual modul pembelajaran hingga akreditasi kampus yang tidak sesuai dengan sebenarnya, ke depan menjadi pemimpin negara," tutupnya.

Rektor Universitas HKBP Nommensen Dr Haposan Siallagan meminta mahasiswa mencermati apa yang disampaikan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif. Sebab apa yang disampaikan sejalan dengan cita-cita rektorat Universitas HKBP Nommensen.

"Karena kita akan menghadirkan pusat studi korupsi di Universitas HKBP Nommensen Medan dan merencanakan ada mata kuliah antikorupsi di Universitas HKBP Nommensen," tutupnya
 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019