Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada hari ini berpeluang kembali menguat setelah di awal pekan melemah tipis.
"Pagi ini mata uang kuat Asia yen, dolar Hong Kong, dan dolar Singapura, kompak dibuka menguat terhadap US dolar yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa.
Dari eksternal, neraca perdagangan China masih surplus walaupun ekspor turun. Neraca perdagangan China pada September tercatat surplus sebesar 396,5 miliar dolar AS, naik dibandingkan Agustus yang sebesar 348,26 miliar dolar AS.
Nilai ekspor tercatat sebesar 2.181,25 miliar dolar AS dan impor tercatat sebesar 1.784,74 miliar dolar AS. Ekspor tercatat turun 3,2 persen (yoy) pada September tersebut, dibandingkan Agustus yang turun 1 persen (yoy), dan diatas ekspektasi konsensus yang perkirakan turun 3 persen (yoy).
Penurunan tersebut terutama terjadi untuk ekspor ke Amerika Serikat (AS) yang turun hingga 17,,8 persen (yoy), sementara ekspor justru tumbuh naik ke Jepang, Uni Eropa, Korea Selatan Taiwan, dan ke negara-negara ASEAN.
"Kesepakatan fase pertama dengan AS yang akan ditandatangani lima minggu mendatang menjadi harapan membaiknya ekspor China terutama ke AS," ujar Lana.
Turunnya ekspor tersebut berdampak pada potensi pertumbuhan ekonomi China menjadi 6,2 persen dari proyeksi awal 6,4 persen pada 2019.
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak menguat di kisaran Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.130 per dolar AS.
Pada pukul 9.50, rupiah masih melemah 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.143 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp14.140 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019