Kalau dulu hasil panen jagung di Desa Aek Sumuran, Batang Toru, hanya 1 ton, kini sudah mencapai 6 ton per hektare. Saat ini Martabe sedang targetkan hasil panen capai 9-13 ton per hektarenya.

Cuaca siang itu di Kecamatan Batang Toru sedang berkabut karena dampak pembakaran lahan yang terjadi di Riau. Saya bersama tim Corporate Communications PT Agincourt Resources, Febriany Putri, Cepi Setiadi dan Ericson Sipahutar bergegas menuju Dusun IV Aek Sirara, Desa Sumuran, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, untuk melihat langsung kebun dan pengolahan jagung milik kelompok tani Mulia Bakti.

Kelompok Tani binaan PT Agincourt Resources atau yang lebih dikenal dengan nama Tambang Emas Martabe, telah berhasil membina para petani jagung yang dulunya nyaris putus asa karena hasil panen yang selalu anjlok.

Sekitar 35 menit dalam perjalanan, kami pun tiba di tempat pengolahan jagung sekaligus kantor koperasi milik kelompok tani Mulia Bakti. Lokasinya cukup asri, karena dikelilingi tanaman jagung dan pepohohan serta jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Sebanyak 3 orang pekerja terlihat semangat mengolah biji jagung menjadi pakan ternak melalui proses penggilingan. Tak berselang lama satu dari antara mereka menyambut kehadiran kami.

“Sebentar ya pak, teman saya sedang menuju ke sini, karena dialah Ketua Kelompok Tani kami,” kata Mukson (49) membuka percakapan siang itu.

Sembari menunggu kehadiran Ketua Kelompok Tani Mulia Bakti, saya mengamati proses pengolahan biji jagung menjadi pakan ternak.

Cara kerjanya sangat sederhana, dimana jagung yang sudah dipipil dan sudah kering, langsung digiling menggunakan mesin dompeng. Dalam hitungan menit, biji jagung yang berada dalam karung ukuran 50 kg sudah berubah menjadi pakan ternak dan tepung jagung.

Kedua hasil olahan itu langsung siap jual dengan harga Rp5.500/kg untuk pakan ternak partai kecil, dan Rp5.100/kg untuk partai besar. Sedangkan tepung jagung dibandrol seharga Rp3.060/kg.
 
Hasil olahan kelompok tani Mulia Bakti binaan Tambang Emas Martabe di Desa Ake Sumuran, Kecamatan Batang Toru yang sudah berhasil mengolah biji jagung menjadi pakan ternak. (ANTARA/Jason Gultom)


Menurut Mukson pakan ternak olahan mereka sudah memiliki pelanggan tetap di Tapanuli Selatan. Dan untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka mengatur sistem tanam jagung agar setiap saat bahan pakan ternak tersedia.

Kehadiran koperasi Karya Mulia Bakti yang digagasi Tambang Emas Martabe, kata Mukson, sangat membantu anggota kelompok tani. Karena hasil panen anggota ditampung koperasi, demikian juga waktu turun tanam, petani memperoleh obat-obatan, pupuk organik, dan bibit dari koperasi.

“Sejak berdirinya koperasi ini tahun 2017 oleh pihak Martabe, kelompok tani kami yang beranggotakan 31 orang semakin terbantu. Pasalnya hasil panen kami siap ditampung koperasi dengan harga Rp3.000/kg. Dan saat turun tanam, kami juga mendapatkan bibit dan obat-obatan dari koperasi dengan sistem bayar panen. Kami sangat bersyukur karena Martabe telah mengubah hidup kami dan mendidik kami,” ujar ayah tiga orang anak itu.

Pascameningkatnya hasil panen petani jagung binaan Tambang Martabe, warga sekitar Aek Sumuran telah mengembalikan lahan karet dan sawitnya menjadi kebun jagung. Lahan itu ada yang disewakan kepada kelompok tani ada juga yang dipinjam dengan sistem bagi hasil.

Untuk saat ini, sebut Mukson, kelompok tani Mulia Bakti telah memiliki lahan jagung seluas 32,5 hektare yang terletak di dua desa di Kecamatan Batang Toru. Jumlah lahan yang cukup luas itu jika ditilik dari usia kelompok tani yang baru berumur 5 tahun, telah menunjukkan hasil yang luar biasa.
 
Ketua Kelompok Tani Mulia Bakti Suriadi (kiri) bersama dengan Mukson (kanan) dewan pengawas Koperasi Karya Mulia Bakti binaan Tambang Emas Martabe di Desa Ake Sumuran, Kecamatan Batang Toru. (ANTARA/Jason Gultom)


Sementara itu Suriadi (49), Ketua Kelompok Tani Mulia Bakti yang ditunggu-tunggu kehadirannya telah tiba.

Ia menjelaskan awal masuknya pembinaan dari Martabe kepada petani di tengah keputuasaan atas hasil panen yang anjlok. Padahal mereka telah mendapat pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian setempat.

Selain hasil panen yang merugi, banyak kendala yang dihadapi petani kala itu.

Perbincangan kami bersama kedua pimpinan di kelompok tani Mulia Bakti Desa Aek Sumuran semakin serius. Kami putuskan untuk berdiskusi di lantai II kantor koperasi Karya Mulia Bakti yang jaraknya hanya hitungan meter dari tempat pengolahan jagung agar lebih santai.

Di ruangan berukuran sekitar 4x3 meter itu, kami terlibat perbincangan serius dengan pak Mukson dan Suriadi. Dengan semangat mereka membeberkan langkah dan perjuangan sampai dapat menikmati hasil yang membanggakan seperti saat ini.

“Sebenarnya ketika PPL dari Dinas Pertanian Tapsel gagal membina kami, kami sudah putus asa. Bahkan banyak lahan jagung yang sudah beralih fungsi, karena tidak seimbang lagi pengeluaran dengan hasil panen. Di tengah keputusasaan itu, kami mencoba diskusi dengan pihak Tambang Emas Martabe agar dapat membantu kami. Permintaan kami pun disambut baik oleh pihak tambang, dengan syarat harus membentuk kelompok tani,” bebernya.

Serasa mendapat semangat baru, kedua pria tangguh itu bergerak cepat mengumpulkan para petani jagung, karena pihak tambang akan melakukan pertemuan dan langsung turun ke lapangan.
 
Kantor Koperasi Karya Mulia Bakti binaan Tambang Emas Martabe di Desa Ake Sumuran, Kecamatan Batang Toru. (ANTARA/Jason Gultom)


Dengan mendatangkan ahli pertanian dari PT Grahatma Semesta Surabaya dan tenaga pertanian dari Medan pada 2014, Martabe mengadakan penyuluhan dengan metode demplot (percontohan).

Di tahun pertama, hasil panen langsung 3 ton per hektare dari 1 ton sebelumnya.
Melihat hasil panen yang membaik, Martabe kembali melakukan pengembangan pola tanam dan pemilihan bibit jagung yang lebih baik. Dengan menggunakan bibit jenis Visi 18, hasil panen meningkat dari 3 ton menjadi 5-6 ton per hektare.

Dan saat ini petani sedang dilatih untuk penangkaran bibit jagung varitas Lamuru dari Surabaya untuk mengejar target panen 9-13 ton.

“Martabe saat ini sedang mempersiapkan metode yang lebih jitu lagi untuk hasil panen yang lebih memuaskan. Sesuai dengan target Martabe, hasil panen kami harus mencapai 9-13 ton per hektare, dan itu sudah terbukti di Pulau Jawa. Kami tidak dapat bayangkan jika hasil panen sudah tembus 13 ton dikali harga jual Rp3.000 per kg, maka pendapatan kami Rp39.000.000 per hektare dalam tempo 3 bulan. Suatu pengharapan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya,” ungkapnya dengan semangat.

Masih menurut pengakuan mereka, dengan posisi panen 6 ton per hektare seperti saat ini, perputaran ekonomi petani sudah terlihat. Hal itulah yang mendorong  kelompok tani untuk terus menambah jumlah lahan.
 
Lahan jagung yang dikelola kelompok tani Karya Mulia Bakti binaan Tambang Emas Martabe di Desa Ake Sumuran, Kecamatan Batang Toru. (ANTARA/Jason Gultom)


Ditanya apa lagi yang diharapkan dari Martabe untuk peningkatan koperasi dan kelompok tani, menurut Suriadi dan Mukson, bantuan traktor dan irigasi. Karena selama ini sistem tanam masih mengharapkan hujan turun dari langit.

Demikian juga pengolahan lahan masih manual. Dengan adanya traktor dan irigasi maka cara kerja jauh lebih cepat dan pengairan sudah dapat dikontrol. Hal itu akan bermuara terhadap hasil panen.

Sedangkan untuk kehidupan masyarakat di desa berpenghuni 109 rumah tangga itu, mereka harapkan perhatian Martabe akan kondisi sekolah SD Negeri 100072 Aek Sirara di Desa Sumuran. Sekolah itu merupakan satu-satunya fasilitas pendidikan di dusun itu.

“Kami berharap agar Martabe bersedia membantu fisik sekolah dan juga guru di SDN 100072. Sampai saat ini baru dua guru PNS yang mengajar di sana. Kami juga pingin anak-anak kami mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas,” pintanya.

Dan di akhir perbincangan, kedua pria berkulit hitam itu mengucapkan terima kasih kepada Tambang Emas Martabe.

“Keberadaan kami saat ini tidak terlepas dari perhatian dan binaan Martabe. Mungkin kalau Martabe tidak hadir, maka hidup kami akan tetap begitu saja, bahkan bisa lebih jatuh lagi. Kami tetap bermohon agar perhatian dan dukungan Martabe terus dikembangkan, khususnya kepada kelompok-kelompok masyarakat di berbagai sektor. Karena tumbuhnya Martabe adalah tumbuhnya ekonomi masyarakat Batang Toru. Kamilah bagian kecil yang menjadi saksi kepedulian Tambang Emas Martabe,” tutupnya.
 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019