Kebakaran pabrik perakitan mancis di Jalan Tengku Amir Hamzah, Desa Sambirejo, Kabupaten Langkat, Jumat (21/6), meninggalkan luka mendalam bagi para keluarga korban.
Seperti yang dialami Bagas Efendi. Pria berusia 21 tahun ini harus kehilangan sosok wanita yang sangat dicintainya.
Wanita tersebut bernama Hairani (22), tak lain adalah wanita yang telah diikatnya dengan sebuah cincin pertunangan pada 2 Februari 2019.
Takdir berkata lain, Hairani harus berpulang sebelum mengikat janji suci dengan calon suaminya tersebut. Ia adalah salah satu dari 30 orang yang menjadi korban kebakaran.
Hairani yang merupakan anak keempat dari delapan bersaudara ini dikenal dengan kepribadiannya yang ramah dan penuh ceria.
Namun, keceriaan itu tak lagi dapat dirasakan Bagas. Wanita yang akan dinikahinya itu kini bahkan tak lagi dapat dikenali olehnya.
Baca juga: Hanya dalam 20 menit, 30 nyawa melayang di Langkat
Hairani yang pada Kamis malam masih menemani Bagas sambil menikmati teh saat berada di kediamannya di Desa Sambirejo, kini telah menjadi jenazah yang masih belum teridentifikasi di RS Bhayangkara Medan.
Namun, malam itu juga Bagas merasakan sikap Hairani berbeda dari biasanya. Hairani yang biasa ceria pada malam itu terlihat muram.
"Malam itu (Kamis malam) kami masih jumpa di rumahnya. Masih cerita-cerita juga kayak biasanya. Tapi dia (Hairani) agak beda, dia cemburut," kata Bagas.
Tepat sebelum dilaksanakannya ibadah shalat Jumat, Hairani menghembuskan nafas terakhirnya di pabrik perakitan mancis tersebut.
Saat mendapat kabar tersebut, Bagas mengaku sangat terpukul dan langsung menuju ke lokasi kebakaran untuk mencari kekasihnya.
"Kita juga gak mau ini terjadi, tapi mau gimana lagi," ujarnya
Hingga Sabtu (22/6), para korban kebakaran tersebut masih diidentifikasi dan diautopsi di RS Bhayangkara Medan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Seperti yang dialami Bagas Efendi. Pria berusia 21 tahun ini harus kehilangan sosok wanita yang sangat dicintainya.
Wanita tersebut bernama Hairani (22), tak lain adalah wanita yang telah diikatnya dengan sebuah cincin pertunangan pada 2 Februari 2019.
Takdir berkata lain, Hairani harus berpulang sebelum mengikat janji suci dengan calon suaminya tersebut. Ia adalah salah satu dari 30 orang yang menjadi korban kebakaran.
Hairani yang merupakan anak keempat dari delapan bersaudara ini dikenal dengan kepribadiannya yang ramah dan penuh ceria.
Namun, keceriaan itu tak lagi dapat dirasakan Bagas. Wanita yang akan dinikahinya itu kini bahkan tak lagi dapat dikenali olehnya.
Baca juga: Hanya dalam 20 menit, 30 nyawa melayang di Langkat
Hairani yang pada Kamis malam masih menemani Bagas sambil menikmati teh saat berada di kediamannya di Desa Sambirejo, kini telah menjadi jenazah yang masih belum teridentifikasi di RS Bhayangkara Medan.
Namun, malam itu juga Bagas merasakan sikap Hairani berbeda dari biasanya. Hairani yang biasa ceria pada malam itu terlihat muram.
"Malam itu (Kamis malam) kami masih jumpa di rumahnya. Masih cerita-cerita juga kayak biasanya. Tapi dia (Hairani) agak beda, dia cemburut," kata Bagas.
Tepat sebelum dilaksanakannya ibadah shalat Jumat, Hairani menghembuskan nafas terakhirnya di pabrik perakitan mancis tersebut.
Saat mendapat kabar tersebut, Bagas mengaku sangat terpukul dan langsung menuju ke lokasi kebakaran untuk mencari kekasihnya.
"Kita juga gak mau ini terjadi, tapi mau gimana lagi," ujarnya
Hingga Sabtu (22/6), para korban kebakaran tersebut masih diidentifikasi dan diautopsi di RS Bhayangkara Medan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019