Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan melakukan inspeksi mendadak atas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung untuk menyikapi keluhan keluarga pasien menyoal lambatnya penanganan dokter atas seorang pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit tersebut.

"Ini rumah sakit loh, ini pelayanan. Jangan main main," sebut Nikson di hadapan Direktur RSUD Janri Nababan dan sejumlah dokter jaga, setiba dirinya yang ditemani sejumlah pimpinan OPD, di salah ruangan pasien yang terdapat di blok ruang rawat inap VIP Mawar RSUD Tarutung, Kamis (28/3) malam, sekira pukul 22.30 WIB.

Sang Bupati nampak marah dan meminta penjelasan para dokter terkait pengaduan keluarga pasien yang mengeluhkan lambatnya penanganan medis yang dialami salah seorang anggota keluarganya yang menjadi salah satu pasien di rumah sakit tersebut.

"Satu detik persoalan, dunia segera tahu. Hati-hati," sebutnya. 

Seluruh petugas medis yang bertugas di rumah sakit tersebut diminta untuk tidak lengah dalam memberikan pelayanan prima untuk pasien.

Diharapkan, setiap petugas medis juga harus bekerja ekstra mengingat RSUD Tarutung merupakan satu-satunya rumah sakit di wilayah Taput, tidak seperti di wilayah Medan atau kota besar lainnya, dimana terdapat banyak alternatif.

Penelusuran Antara, kekesalan Bupati Nikson berawal dari adanya keluhan keluarga pasien yang diposting dalam sebuah status FB dengan nama akun Asima Sibarani.

Diketahui, Lambok Sibarani yang didiagnosa dokter menderita "maag blooding" dan dianjurkan mendapatkan donor darah, namun darah yang dibutuhkan tak kunjung ditransfusikan.

Berikut kutipan tulisannya, "Amang tahe Tuhan, tolonglah ...mulai masuk ruang perawatan jam 3 subuh td sampai jam ini pkl 20.35wib..dang mar na ro dokter...diagnosa maag blooding,hb darah 5,8,,sdh ada anjuran transfusi darah,tp belum ada tindakan....asal nisukkun perawat na,bentar lagi dokter dtg,,apa mungkin sampe jam gini dokter akan dtg???oh Tuhan...".

Keluhan tersebut menurut Direktur RSUD Tarutung Janri Nababan disebabkan tidak tersedianya stok darah yang dibutuhkan serta keterbatasan pelayanan dokter spesialis yang hanya tersisa satu orang setelah dokter lainnya dinyatakan absen selama seminggu lebih.

Namun, menurut Bupati Nikson, persoalan bank darah untuk memenuhi kebutuhan transfusi darah seharusnya dapat disiasati dengan melaksanakan kegiatan donor darah secara aktif.

Demikian halnya, keterbatasan jumlah dokter jaga juga diminta disiasati melalui sistem komunikasi teknologi, baik melalui gawai atau media lainnya sebagai solusi penanganan pasien saat dokter penyakit dalam dinyatakan sudah absen selama seminggu terakhir.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019