Tapteng (Antaranews Sumut) - Warga Desa Makarti Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) dibuat resah dengan beredarnya kabar munculnya buaya di Sungai Sordang.
Akibat merebaknya kabar yang menyebutkan ada warga desa yang melihat tiga ekor buaya di Sungai Sordang dan bahkan sampai ke parit salah satu sekolah dasar negeri, Kepala Desa Makarti Nauli, Nasrul, memberlakukan jaga malam sebagai bentuk antisipasi.
Menyikapi informasi yang membuat heboh warga Kecamatan Kolang tersebut, Wakil Bupati Tapteng Darwin Sitompul langsung memerintahkan instansi terkait untuk melakukan pengecekan ke lokasi, Senin (28/1).
Drh Iskandar yang memiliki ilmu spesialis buaya juga turun langsung ke lokasi bersama Dinas Lingkungan Hidup Tapteng dan KSDA.
Dari hasil pengecekan yang dilakukan mereka tidak menemukan jejak buaya di lokasi yang dimaksud warga. “Saya bersama dengan Kadis Lingkungan Hidup dan KSDA Tapteng baru pulang dari lokasi. Bersama dengan warga yang katanya melihat ada buaya di sungai dan di parit sekolah dasar sudah kami cek. Dan dari hasil amatan saya selaku yang memiliki ilmu spesialis buaya tidak ada jejak buaya,” terang drh Iskandar ketika dikonfirmasi ANTARA, Senin (28/1) malam.
Selain itu, lanjut dokter hewan ini, buaya yang menurut warga memiliki panjang 2 meter juga tidak mungkin bisa masuk ke parit yang sempit dan dangkal, kecuali buayanya masih kecil. Sementara menurut pengakuan warga yang melihat, katanya ukuran buayanya sekitar 2,5 meter.
“Kalau buaya sudah 2 meter atau lebih tidak mau lagi ke tempat dangkal, kecuali ada mangsanya di sana. Selain itu juga mata buaya kalau disenter tidak merah seperti yang diungkapkan warga. Buaya itu kalau disenter matanya warnanya hijau terang. Demikian juga dari rumput yang kata warga dilewati buaya, tidak saya temukan tanda-tanda ada buaya melintas. Karena kalau buaya ukuran 2 meter melintasi rumput, pasti rumputnya ada yang rusak, karena buaya berjalan tidak seperti perahu, melainkan kaki dan ekor main dan pasti rumput ada yang rusak. Dan setelah saya cek sama sekali tidak ada jejak buaya lewat,” ungkap Drh Iskandar yang mengaku sudah memelihara buaya di rumahnya selama 16 tahun.
Diyakinkan Drh Iskandar, dari riwayatnya daerah Kolang tidak ada sejarah sungainya memiliki muara yang ada buayanya seperti muara Tapus dan Natal. Dan warga mengakui tidak pernah mendengar ada buaya atau warga yang memelihara buaya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
“Dari riwayat itu juga sudah dapat kita lihat bahwa tidak mungkin tiba-tiba muncul buaya karena tidak ada sejarah yang menyebutkan daerah itu memiliki muara yang ada buaya. Hal itu dibuktikan adanya ativitas warga mencari kepiting di sungai dan juga menanam bakau. Pun demikian kami tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada, dan kepada kepala desa setempat sudah kami imbau juga tadi tidak perlu langsung membuat aturan yang membuat warganya jadi heboh sehingga masyarakat jadi resah,” terang drh Iskandar yang juga Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Akibat merebaknya kabar yang menyebutkan ada warga desa yang melihat tiga ekor buaya di Sungai Sordang dan bahkan sampai ke parit salah satu sekolah dasar negeri, Kepala Desa Makarti Nauli, Nasrul, memberlakukan jaga malam sebagai bentuk antisipasi.
Menyikapi informasi yang membuat heboh warga Kecamatan Kolang tersebut, Wakil Bupati Tapteng Darwin Sitompul langsung memerintahkan instansi terkait untuk melakukan pengecekan ke lokasi, Senin (28/1).
Drh Iskandar yang memiliki ilmu spesialis buaya juga turun langsung ke lokasi bersama Dinas Lingkungan Hidup Tapteng dan KSDA.
Dari hasil pengecekan yang dilakukan mereka tidak menemukan jejak buaya di lokasi yang dimaksud warga. “Saya bersama dengan Kadis Lingkungan Hidup dan KSDA Tapteng baru pulang dari lokasi. Bersama dengan warga yang katanya melihat ada buaya di sungai dan di parit sekolah dasar sudah kami cek. Dan dari hasil amatan saya selaku yang memiliki ilmu spesialis buaya tidak ada jejak buaya,” terang drh Iskandar ketika dikonfirmasi ANTARA, Senin (28/1) malam.
Selain itu, lanjut dokter hewan ini, buaya yang menurut warga memiliki panjang 2 meter juga tidak mungkin bisa masuk ke parit yang sempit dan dangkal, kecuali buayanya masih kecil. Sementara menurut pengakuan warga yang melihat, katanya ukuran buayanya sekitar 2,5 meter.
“Kalau buaya sudah 2 meter atau lebih tidak mau lagi ke tempat dangkal, kecuali ada mangsanya di sana. Selain itu juga mata buaya kalau disenter tidak merah seperti yang diungkapkan warga. Buaya itu kalau disenter matanya warnanya hijau terang. Demikian juga dari rumput yang kata warga dilewati buaya, tidak saya temukan tanda-tanda ada buaya melintas. Karena kalau buaya ukuran 2 meter melintasi rumput, pasti rumputnya ada yang rusak, karena buaya berjalan tidak seperti perahu, melainkan kaki dan ekor main dan pasti rumput ada yang rusak. Dan setelah saya cek sama sekali tidak ada jejak buaya lewat,” ungkap Drh Iskandar yang mengaku sudah memelihara buaya di rumahnya selama 16 tahun.
Diyakinkan Drh Iskandar, dari riwayatnya daerah Kolang tidak ada sejarah sungainya memiliki muara yang ada buayanya seperti muara Tapus dan Natal. Dan warga mengakui tidak pernah mendengar ada buaya atau warga yang memelihara buaya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
“Dari riwayat itu juga sudah dapat kita lihat bahwa tidak mungkin tiba-tiba muncul buaya karena tidak ada sejarah yang menyebutkan daerah itu memiliki muara yang ada buaya. Hal itu dibuktikan adanya ativitas warga mencari kepiting di sungai dan juga menanam bakau. Pun demikian kami tetap mengimbau masyarakat agar tetap waspada, dan kepada kepala desa setempat sudah kami imbau juga tadi tidak perlu langsung membuat aturan yang membuat warganya jadi heboh sehingga masyarakat jadi resah,” terang drh Iskandar yang juga Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019