Pandeglang (Antaranews SUmut) - Pelajar tingkat SD, SMP dan SMA/SMK/MA dari keluarga korban tsunami di Kabupaten Pandeglang, Banten, membutuhkan keperluan pakaian seragam dan buku untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.
"Kami pada hari kedua masuk sekolah tanpa memakai baju seragam dan buku karena hilang diterjang tsunami," kata Yati, pelajar SDN Teluk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa.
Meski tidak memakai seragam, pihak sekolah memperbolehkan anak-anak korban tsunami mengikuti KBM, bahkan diantaranya terdapat pelajar menggunakan sandal.
Masyarakat Desa Teluk Kecamatan Labuan masuk kategori wilayah terparah diterjang gelombang tsunami, Sabtu (22/12) malam.
Sebab, perkampungan mereka cukup berdekatan dengan pesisir Pantai Labuan.
Diperkirakan ratusan rumah mereka dalam kondisi rusak berat dan sedang.
"Kami berharap bantuan pakaian seragam, sepatu dan buku dapat direalisasikan," kata Yati sambil mengaku kelas VI.
Samsuri, seorang guru SMPN di Kecamatan Sumur mengatakan proses KBM hingga kini belum normal karena masih ada siswa yang tinggal di pengungsian.
Mereka pelajar yang belum masuk sekolah cukup banyak, karena rumahnya hancur diterjang tsunami.
Selain itu juga mereka membutuhkan pakaian seragam, sepatu dan buku serta alat tulis.
Sebab. peralatan sekolah itu hilang dan rusak akibat lumpur tsunami.
Jumlah pelajar di sini sekitar 300 siswa dan diperkirakan baru mencapai 70 persen siswa yang mengikuti KBM.
"Kami berharap siswa dapat bantuan seragam, buku dan sepatu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Kami pada hari kedua masuk sekolah tanpa memakai baju seragam dan buku karena hilang diterjang tsunami," kata Yati, pelajar SDN Teluk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Selasa.
Meski tidak memakai seragam, pihak sekolah memperbolehkan anak-anak korban tsunami mengikuti KBM, bahkan diantaranya terdapat pelajar menggunakan sandal.
Masyarakat Desa Teluk Kecamatan Labuan masuk kategori wilayah terparah diterjang gelombang tsunami, Sabtu (22/12) malam.
Sebab, perkampungan mereka cukup berdekatan dengan pesisir Pantai Labuan.
Diperkirakan ratusan rumah mereka dalam kondisi rusak berat dan sedang.
"Kami berharap bantuan pakaian seragam, sepatu dan buku dapat direalisasikan," kata Yati sambil mengaku kelas VI.
Samsuri, seorang guru SMPN di Kecamatan Sumur mengatakan proses KBM hingga kini belum normal karena masih ada siswa yang tinggal di pengungsian.
Mereka pelajar yang belum masuk sekolah cukup banyak, karena rumahnya hancur diterjang tsunami.
Selain itu juga mereka membutuhkan pakaian seragam, sepatu dan buku serta alat tulis.
Sebab. peralatan sekolah itu hilang dan rusak akibat lumpur tsunami.
Jumlah pelajar di sini sekitar 300 siswa dan diperkirakan baru mencapai 70 persen siswa yang mengikuti KBM.
"Kami berharap siswa dapat bantuan seragam, buku dan sepatu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019