Medan (Antaranews Sumut) - Banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia dinilai sudah masuk kategori tidak sehat yang sebagian besarnya diakibatkan penggunaan lahan yang tidak sesuai kaedah di daerah hulu sungai.
Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr Ida Bagus Parthama di Medan, Rabu, mengatakan, DAS yang tidak sehat itu dapat dilihat ketika musim hujan akan banjir sementara saat musim kemarau sungai kekurangan air.
"Semestinya DAS yang sehat itu adalah ketika kemarau air sungai tetap ada dan ketika musim hujan air tidak banjir. Tidak sehatnya DAS penyebab utamanya di hulu sungai penggunaan lahannya tidak sesuai kaedah. Kondisi ini harus menjadi perhatian kita semua," katanya.
Itu ia sampaikan usai melakukan penanaman pohon sebagai salah satu bentuk kerjasama terkait pembangunan model hutan serbaguna kerjasama Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dengan Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ia mengatakan persoalan pengelolaan hutan di daerah hulu sungai dapat dikatakan komplek karena sangat berkaitan dengan aspek sosial, dimana masyarakat juga memang memerlukan lahan untuk bertani demi mencukupi kebutuhan hidupnya, meski terkadang pengelolaannya tanpa memperhatikan kelestarian alam.
Untuk mengatasi itu, kata dia, masyarakat sebenarnya dapat diarahkan menanam komoditi yang tidak menyebabkan erosi
"Kita hanya bisa mengarahkan mereka mengganti komoditas yang ditanam. Kalau selama ini komoditas yang ditanam menyebabkan erosi, diganti dengan jenis lain yang lebih merawat tanah," katanya.
Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan ajakan kepada semua pihak, terutama mahasiswa, agar tetap konsisten bersama-sama pemerintah dalam berbagai upaya pelestarian lingkungan, terutama ekosistem alam karena memang sangat berkaitan dengan kehidupan manusia.
"Di Indonesia ada 14 juta hektare lahan kritis. Itu menjadi tugas kita semua bagimana agar lahan tersebut bisa dikembalikan seperti semula dan tentunya peran mahasiswa sangat dibutuhkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr Ida Bagus Parthama di Medan, Rabu, mengatakan, DAS yang tidak sehat itu dapat dilihat ketika musim hujan akan banjir sementara saat musim kemarau sungai kekurangan air.
"Semestinya DAS yang sehat itu adalah ketika kemarau air sungai tetap ada dan ketika musim hujan air tidak banjir. Tidak sehatnya DAS penyebab utamanya di hulu sungai penggunaan lahannya tidak sesuai kaedah. Kondisi ini harus menjadi perhatian kita semua," katanya.
Itu ia sampaikan usai melakukan penanaman pohon sebagai salah satu bentuk kerjasama terkait pembangunan model hutan serbaguna kerjasama Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dengan Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ia mengatakan persoalan pengelolaan hutan di daerah hulu sungai dapat dikatakan komplek karena sangat berkaitan dengan aspek sosial, dimana masyarakat juga memang memerlukan lahan untuk bertani demi mencukupi kebutuhan hidupnya, meski terkadang pengelolaannya tanpa memperhatikan kelestarian alam.
Untuk mengatasi itu, kata dia, masyarakat sebenarnya dapat diarahkan menanam komoditi yang tidak menyebabkan erosi
"Kita hanya bisa mengarahkan mereka mengganti komoditas yang ditanam. Kalau selama ini komoditas yang ditanam menyebabkan erosi, diganti dengan jenis lain yang lebih merawat tanah," katanya.
Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan ajakan kepada semua pihak, terutama mahasiswa, agar tetap konsisten bersama-sama pemerintah dalam berbagai upaya pelestarian lingkungan, terutama ekosistem alam karena memang sangat berkaitan dengan kehidupan manusia.
"Di Indonesia ada 14 juta hektare lahan kritis. Itu menjadi tugas kita semua bagimana agar lahan tersebut bisa dikembalikan seperti semula dan tentunya peran mahasiswa sangat dibutuhkan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018