Aekkanopan (Antaranews Sumut) – Malang benar nasib gadis cilik ini. Ketidaktahuannya membuat dirinya terdampar hingga ke Labuhanbatu Utara, tepatnya di Lingkungan Rantauselamat Kelurahan Guntingsaga Kecamatan Kualuhselatan.

Itulah yang dialami gadis cilik yang mengaku bernama Sinta saat disambangi Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Labura Dra Hj Nursaadah dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Labura Ahmad Ardiansyah Harahap SH, Jumat.

Bocah yang diperkirakan berusia antara 11-13 tahun itu menceritakan awal kronoligis hingga dirinya ditampung di keluarga Ernidawati Hasibuan dan Darwis Tanjung tersebut. Menurutnya, ia dititipkan oleh ibutirinya ke sebuah bus yang dirinya sendiri tidak tahu nama bus itu.

Gadis yang tidak tahu baca tulis itu mengaku dibekali sejumlah pakaian oleh ibu tirinya. Kepadanya dipesankan, kalau ia kehabisan uang dapat menjual bajunya atau jadi baju Monza. “Kalau nanti tak ada uang, baju monja ini dijual,” tuturnya polos.

Setelah bertolak dari kawasan Medan pada pagi hari, ia pun akhirnya diturunkan di kawasan Damuli Pekan pada siang harinya. Di tempat itu, ia pun kebingungan dan akhirnya mencoba untuk menginap di salah satu masjid. Namun ia tidak diperkenankan tinggal di sana sehingga bocah yang menyebut nama ayahnya Putra itu pun berjalan.

Pada saat itulah, Ernidawati melihatnya. Ia pun menanyai Sinta. Setelah mendengarkan penjelasannya, wanita yang saat itu sudah selesai berdagang di kawasan Damuli Pekan itu pun merasa terenyuh dan iba.

“Saat itu jam sudah sekitar pukul 20.30 WIB. Kami pun sudah bersiap pulang, karena suami saya mau wirid,” jelasnya. Pada saat itu, ia sempat menawarkan kepada bocah itu agar tinggal di salah satu rumah sanak keluarganya di tempat itu.

Tapi hal itu ditolak. Ia pun lantas menanya apa mau ikut dengannya dan disetujui oleh gadis yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas I SD itu. “Jadi hingga sekarang ia sudah dua malam di rumah kami,” kata Ernidawati yang memiliki tiga anak perempuan tersebut.

Menurutnya, ia dan suaminya siap menampung anak itu hingga keluarganya ditemukan. Apalagi menurutnya anak itu sangat baik, namun terlihat trauma dan tidak mengetahui dimana lokasi rumahnya secara persis.

Sinta sendiri mengaku kalau ayahnya jarang pulang karena kerja. Ia pun tinggal di rumah bersama ibu tirnya. Saat ibunya kerja, ia dikurung dalam rumah karena kunci semua pintu dibawa oleh ibu tirinya tersebut. “Saya tidak mau pulang,” katanya saat ditanya apakah mau kembali ke rumahnya.

DIBUANG : Sinta, gadis malang yang 'dibuang hingga ditampung warga di Labura. (Foto : Antaranews Sumut/Istimewa)

Pewarta: Sukardi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018