Pematangsiantar,  (Antaranews Sumut) - Alfon Panjaitan (32), memilih pulang ke Kota Pematangsiantar dan menekuni pembuatan gitar usai menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.
   
 Alumnus jurusan Etnomusikologi itu, Minggu, menjelaskan, sesuai latar belakang pendidikan seyogianya membuat penelitian tentang semua alat musik. 
     
Kemampuan memainkan alat musik petik yang dipeluk itu sejak SMP, memutuskan Alvon memilihnya sebagai bahan penelitian khusus.
   
 "Aku pilih gitar akustik, karena lebih diminati dan menciptakan peluang pasar yang cukup luas," katanya.
     
Warga Jalan Bahkora II, Kecamatan Siantar Marihat itu  melakukan kajian-kajian teknis seluruh bagian gitar dan merancangnya sesuai karakter tangan manusia. 
     
Untuk menghasilkan suara gitar yang nyaring, ruang belakang bodi gitar dibuat lebih luas, tetapi tetap mempertahankan bentuk standar gitar.
   
 Fretboard gitar buatannya didisain lebih cembung agar pengguna lebih nyaman menempatkan tekanan jari sehingga menghasilkan suara maksimal.
   
 Pemasangan bridge (pangkal senar) menggunakan lem perekat khusus, pengecatan bodi gitar tidak terlalu tebal, karena turut memengaruhi suara.
   
 "Kalau untuk pewarnaan, aku konsisten pada warna alam, cukup diplitur aja agar serat atau tekstur kayu tetap terjaga," katanya.
   
 Bahan baku gitar, kayu Rosewood dan Maple yang hanya ada di Kanada, Ebony dan Sonokeling produk hutan Indonesia, dipesannya dari Kota Solo, Jateng. 
   
 Untuk proses produksi Eli Instrumen, Alfon dan seorang temannya mampu menyelesaikan 12 unit gitar dalam sebulan dengan harga Rp 650.000 sampai Rp 1 juta per unit.
   
 Produk sudah dipasarkan di sebagian wilayah Sumatera Utara, di antaranya Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Medan, dan Labuhanbatu.
     
"Pekanbaru, Riau dan kami terus berupaya meluaskan jaringan ke daerah-daerah lainnya," kata ayah satu anak itu. ***3***
 

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018