Medan, (Antaranews Sumut) - Peringatan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 23 Juli ini harus dapat dijadikan sebagai bentuk kepedulian dan mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak.
     
"Jutaan anak Indonesia saat ini tengah memperingati hari anak nasional. Peringatan hari anak nasional harus dimaknai oleh semua pihak untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak," kata Koordinator Litigasi Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) Elisabeth di Medan, Senin.
     
Ia mengatakan, peringatan HAN dimaksudkan agar seluruh komponen bangsa Indonesia, yaitu negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua bersama-sama mewujudkan kesejahteraan anak dengan menghormati hak-hak anak dan memberikan jaminan terhadap pemenuhannya tanpa perlakuan diskriminatif.
     
Namun faktanya, masih  kerap terjadi ditemukan ancaman kekerasan dan diskriminasi terhadap anak, orang-orang terdekat seperti guru dan orang tua belum mampu membentuk karakter anak jauh lebih baik.
     
Menurut dia, peran keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak. Orang tua wajib mendidik, membimbing dan membina anak dengan kasih sayang dan orang tua juga harus jadi contoh bagi anak.
     
"Jangan hanya melarang anak pake gadget tapi mereka tidak pernah lepas dari gadgetnya. Semestinya mereka harus mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan anak agar terhindar dari kekerasan atau pelecehan," katanya.
   
Selain itu, tambah dia, sosok guru dan lembaga pendidikan juga harus mampu menanamkan pendidikan karakter anak dengan baik, tidak dengan cara kekerasan, atau diskriminatif. 
   
"Anak harus diajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal sesuai dengan kondisi dan situasi bangsa Indonesia," katanya.
     
Kasus-kasus lain dapat menjadi contoh dimana anak ternyata tidak mendapat perlindungan yang semestinya, misalnya pelacuran/pornografi anak, baik di dunia nyata maupun lewat, internet. 
     
Negara harus aktif dan hadir memblokir konten-konten pornografi dan pornoaksi yang banyak tersebar di media sosial, tak heran banyak pernikahan dini terjadi karena anak terlanjur sex dini, pacaran kelewat batas.***4***
 

Pewarta: Juraidi

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018