Medan (Antaranews Sumut) - Sebagian nelayan asal Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, dalam beberapa hari ini mulai melaut meskipun masih terjadi angin kencang dan ombak besar.
Wakil Ketua DPD Himpunan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut Nazli di Medan, Selasa, mengatakan nelayan yang mulai menangkap ikan itu umumnya menggunakan kapal berukuran besar, yakni mencapai 30 gross tonnage (GT).
Kapal ikan milik pemodal besar itu, menurut dia, masih sanggup menahan angin badai saat berada di tengah laut. Kapal itu menggunakan alat tangkap ikan berupa pukat cincin.
"Kalau tidak mampu menahan angin kencang yang membahayakan, mereka berusaha menyelamatkan diri dengan cara merapat di pulau terdekat," ujar Nazli.
Ia mengatakan para nelayan itu juga memiliki pengalaman jika terjadi angin kencang yang mengancam keselamatan mereka.
Nelayan tersebut sudah biasa menghadapi cuaca ekstrem di wilayah pantai timur Sumatera yang berdekatan dengan Selat Malaka.
"Jadi, nelayan itu juga mengetahui cuaca yang berbahaya di perairan Batubara," ucapnya.
Ia mengatakan, nelayan tradisional yang menggunakan kapal berukuran 10 GT hingga kini masih takut menangkap ikan di laut karena faktor cuaca yang belum bersahabat.
"Nelayan kecil tidak ingin mengalami risiko di laut," kata Nazli.
Nelayan tradisional di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara tidak melaut dalam beberapa hari terakhir akibat angin kencang dan cuaca ekstrem.
"Sudah satu minggu ini kami tidak ke laut, anginnya kencang sekali," kata Ramli Harun, nelayan Kabupaten Batubara ketika dihubungi Antara di Medan, Senin (1/1).
Menurut Ramli, angin kencang tersebut sering diiringi hujan lebat yang menyebabkan terbatasnya jangkauan penglihatan ketika berada di laut.
Akibat sedikitnya pasokan ikan dari nelayan, harga ikan di pasaran pun naik.
Dashboard, salah seorang ibu rumah tangga di Batubara, mengatakan harga ikan melonjak lebih dari 50 persen dibandingkan sebelumnya.
Ia mencontohkan ikan kembung yang biasa dijual dengan harga Rp17.000 per kg, kini harus dibeli dengan harga Rp25.000 hingga Rp30.000. Ikan pari yang biasanya dibeli dengan harga Rp30.000 per kg, kini naik 100 persen menjadi Rp60.000 per kg. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Wakil Ketua DPD Himpunan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumut Nazli di Medan, Selasa, mengatakan nelayan yang mulai menangkap ikan itu umumnya menggunakan kapal berukuran besar, yakni mencapai 30 gross tonnage (GT).
Kapal ikan milik pemodal besar itu, menurut dia, masih sanggup menahan angin badai saat berada di tengah laut. Kapal itu menggunakan alat tangkap ikan berupa pukat cincin.
"Kalau tidak mampu menahan angin kencang yang membahayakan, mereka berusaha menyelamatkan diri dengan cara merapat di pulau terdekat," ujar Nazli.
Ia mengatakan para nelayan itu juga memiliki pengalaman jika terjadi angin kencang yang mengancam keselamatan mereka.
Nelayan tersebut sudah biasa menghadapi cuaca ekstrem di wilayah pantai timur Sumatera yang berdekatan dengan Selat Malaka.
"Jadi, nelayan itu juga mengetahui cuaca yang berbahaya di perairan Batubara," ucapnya.
Ia mengatakan, nelayan tradisional yang menggunakan kapal berukuran 10 GT hingga kini masih takut menangkap ikan di laut karena faktor cuaca yang belum bersahabat.
"Nelayan kecil tidak ingin mengalami risiko di laut," kata Nazli.
Nelayan tradisional di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara tidak melaut dalam beberapa hari terakhir akibat angin kencang dan cuaca ekstrem.
"Sudah satu minggu ini kami tidak ke laut, anginnya kencang sekali," kata Ramli Harun, nelayan Kabupaten Batubara ketika dihubungi Antara di Medan, Senin (1/1).
Menurut Ramli, angin kencang tersebut sering diiringi hujan lebat yang menyebabkan terbatasnya jangkauan penglihatan ketika berada di laut.
Akibat sedikitnya pasokan ikan dari nelayan, harga ikan di pasaran pun naik.
Dashboard, salah seorang ibu rumah tangga di Batubara, mengatakan harga ikan melonjak lebih dari 50 persen dibandingkan sebelumnya.
Ia mencontohkan ikan kembung yang biasa dijual dengan harga Rp17.000 per kg, kini harus dibeli dengan harga Rp25.000 hingga Rp30.000. Ikan pari yang biasanya dibeli dengan harga Rp30.000 per kg, kini naik 100 persen menjadi Rp60.000 per kg. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018