Muara, 19/9 (Antarasumut) – Bisnis “ulos batak”, kain tenun berbentuk selendang khas wilayah Tapanuli semakin membumi di Tapanuli Utara, khususnya di Kecamatan Muara.

Menurut penuturan warga, tangan dingin Ketua Dekranasda Taput Satika Simamora dalam menerapkan inovasi, kreasi, dan promosi tanpa henti atas kain tenun budaya tanah batak itu menjadi penyebab utama kian membuminya bisnis dimaksud.

“Hampir di seluruh desa, kaum ibu semakin menekuni kegiatan bertenun ulos. Belakangan ini, bertenun ulos menjadi tumpuan perekonomian masyarakat,” ujar Camat Muara Ricand Situmorang, Selasa.

Menurutnya, salah satu bukti nyata dapat dilihat saat pelaksanaan kegiatan pameran pembangunan hari jadi Taput ke-72, semalam, di wilayah itu. Dimana, ulos batak menjadi bahan pameran paling menonjol untuk ditampilkan.

“Ulos dan pernak-perniknya menjadi bahan pameran paling menonjol, dari mulai kegiatan devile hingga bahan pajangan pameran di setiap stan. Bahkan, pameran busana fesyen berbahan ulos yang digelar semakin menguatkan kenyataan kian membuminya bisnis ulos ini,” sebutnya.

Lenny Sidauruk, 39, dan Hirasniati Malau, 47, keduanya warga Desa Papande Muara, yang juga menekuni kegiatan bertenun ulos juga menegaskan hal tersebut.

“Melalui agenda pameran, para petenun secara langsung menampilkan hasil karya tangan sendiri. Sebuah kegiatan yang sangat mendukung dalam menyerap produksi ulos yang semakin meningkat,” jelas Lenny.

Ditegaskan, membuminya bisnis ulos juga dapat dilihat atas meningkatkan jumlah petenun yang menekuni usaha bertenun ulos. Di desa mereka saja, terdapat sejumlah 50 orang petenun ulos yang menjadi binaan Dekranasda.

“Setiap bulannya, Dekranasda Taput mengorder 8 helai ulos dari setiap petenun dengan harga Rp. 500.000,- hingga Rp. 1.200.000. Hal ini yang menjadikan kegiatan ini semakin membumi,” urainya.

Padahal, sebelum instansi yang dipimpin istri Bupati Nikson itu turut ambil bagian dalam usaha pengembangan tenun ulos, pemasaran ulos hanya berkutat di pasar Muara, yakni antara penenun dan pedagang.

“Namun, saat ini, orderan dari Dekranasda menumbuhkan pasar yang baru juga kreasi tenunan yang baru,” imbuhnya.

Dikatakan, selama ini, mereka hanya menenun “ulos pucca tonga” dengan bahan benang putar. Sekarang, para petenun sudah menekuni tenunan ulos dengan motif “pucca” untuk bahan dasar pakaian dan jas, berbahan benang seratus.

“Harga jualnya sangat memuaskan. Bila sebelumnya hanya seharga Rp.100 ribu, kini sudah menjadi Rp.500 ribu per helainya,” timpal Hirasniati.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017