Medan, 11/6 (Antarasumut) - Umat Islam harus memaksimalkan keberadaan ibadah puasa Ramadhan karena menjadi cara yang paling tepat dalam membina mental manusia.

"Mungkin, inilah cara yang paling komprehensif dalam membina mental manusua," kata Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunatera Utara Dr Ansari Yamamah di Medan, Minggu.

Ia mengatakan, ibadah puasa yang ada dalam bulan suci Ramadhan memiliki sistem yang cukup kuat dalam melatih mental manusia, baik dalam keagamaan mau pun sosial.

Tanpa pengawasan dan pemantauan manusia, umat Islam dituntut untuk jujur dan tidak melakukan sesuatu yang dianggap melanggar atau membatalkan puasa.

Sejak imsak hingga memasuki magrib yang merupakan batas akhir puasa, umat Islam dilarang untuk makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan hingga perbuatan lain yang mengurangi pahala berpuasa.

"Jadi, ada atau tidak manusia, mereka selalu menjaga puasanya. Itu melatih umat Islam untuk jujur," katanya.

Dari aspek sosial, kata Ansari, ibadah puasa yang menyebabkan manusia mengalami lapar dari puasa hingga menjelang malam akan memberikan pelajaran untuk berempati.

Dengan berpuasa, umat Islam dituntut untuk ikut merasakan kesulitan yang dialami manusia lain yang kesulitan secara ekonomi sehingga sulit untuk mendapatkan makan.

Dengan pola tersebut, umat Islam yang berpuasa akan memiliki kepedulian sosial sehingga mau membantuan orang lain yang dilanda kesulitan.

Dengan seluruh nilai luhur yang terdapat ibadah puasa tersebut, umat Islam akan manusia yang "paripurna" karena memiliki kejujuran terhadap seluruh nilai dan kepedulian sosial yang tinggi.

"Kalau puasanya dijalankan dengan benar, insya Allah akan menjadi manusia paripurna, kecuali puasanya hanya sekadar rutinitas," katanya.

Pewarta: Irwan arfa

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017