Tapanuli Selatan,15/2(Antarasumut)-Hama tikus telah merusak sejumlah luas areal tanaman padi sawah di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
"Hama tikus itu sangat meresahkan petani," kata Mansyur Rambe, warga Sitaratoit, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan kepada Antarasumut, Selasa.
Ia mengatakan tikus-tikus yang menyerang padi sawah petani sudah berlangsung sejak tiga pekan kebelakang, dan mengakibatkan hasil panen berkurang jauh.
"Musim panen sebelumnya kita masih mendapat 80 kaleng gabah, sekarang (panen awal Februari 2017) cuma dapat 20 kaleng gabah dalam satu lungguk atau sekitar 1600 meter luas area sawah,"kata Mansyur.
Dia juga mengatakan serangan hama tikus kali ini (2017) yang terparah dibanding serangan hama tikus sekitar tujuh tahun lalu atau tahun 2009 silam.
"Ditengah ekonomi yang saat ini sulit ditambah gagal panen padi sawah menambah kegelisahan khususnya warga petani saat ini,"ujarnya.
Selain hama tikus menghantam areal persawahan padi, bahkan areal perkebunan salak di desa Sitaratoit umumnya di Angkola Barat tidak luput dari sasaran hewan monyet.
"Tidak saja memakan buah salak, tetapi gerombolan monyet itu malah menghabisi bakal salak (bahasa daerah; tuduk),"kata Mansyur.
Dia mengatakan masyarakat khawatir untuk menghabisi hewan monyet itu dikarenakan hewan tersebut sifatnya dilindungi.
Keresahan yang sama juga dialami warga petani sawah umumnya di Kecamatan Batang Angkola, dimana hama tikus semakin menjadi-jadi menghabisi benih padi yang baru ditanam.
"Sudah banyak luas benih padi di areal persawahan petani yang dihabisi hama tikus di daerah ini,"kata Ihsan Hasibuan, Kepala Desa Sorimanaon, Kecamatan Batang Angkola.
Prakiraan dia untuk musim panen tahun 2017 wilayah Batang Angkola umumnya dan desa Sorimanaon khususnya terancam bisa gagal panen akibat hama tikus tersebut.
Untuk mengantisipasi gagal panen padi sawah, masyarakat Batang Angkola khususnya desa Sorimanaon akan beramai-ramai melakukan aksi berburu tikus
Sedang masyarakat Sitaratoit tambah Mansyur sudah melakukan aksi berburu monyet, namun susah membasminya karena jumlahnya yang begitu banyak ditambah begitu liar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017
"Hama tikus itu sangat meresahkan petani," kata Mansyur Rambe, warga Sitaratoit, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan kepada Antarasumut, Selasa.
Ia mengatakan tikus-tikus yang menyerang padi sawah petani sudah berlangsung sejak tiga pekan kebelakang, dan mengakibatkan hasil panen berkurang jauh.
"Musim panen sebelumnya kita masih mendapat 80 kaleng gabah, sekarang (panen awal Februari 2017) cuma dapat 20 kaleng gabah dalam satu lungguk atau sekitar 1600 meter luas area sawah,"kata Mansyur.
Dia juga mengatakan serangan hama tikus kali ini (2017) yang terparah dibanding serangan hama tikus sekitar tujuh tahun lalu atau tahun 2009 silam.
"Ditengah ekonomi yang saat ini sulit ditambah gagal panen padi sawah menambah kegelisahan khususnya warga petani saat ini,"ujarnya.
Selain hama tikus menghantam areal persawahan padi, bahkan areal perkebunan salak di desa Sitaratoit umumnya di Angkola Barat tidak luput dari sasaran hewan monyet.
"Tidak saja memakan buah salak, tetapi gerombolan monyet itu malah menghabisi bakal salak (bahasa daerah; tuduk),"kata Mansyur.
Dia mengatakan masyarakat khawatir untuk menghabisi hewan monyet itu dikarenakan hewan tersebut sifatnya dilindungi.
Keresahan yang sama juga dialami warga petani sawah umumnya di Kecamatan Batang Angkola, dimana hama tikus semakin menjadi-jadi menghabisi benih padi yang baru ditanam.
"Sudah banyak luas benih padi di areal persawahan petani yang dihabisi hama tikus di daerah ini,"kata Ihsan Hasibuan, Kepala Desa Sorimanaon, Kecamatan Batang Angkola.
Prakiraan dia untuk musim panen tahun 2017 wilayah Batang Angkola umumnya dan desa Sorimanaon khususnya terancam bisa gagal panen akibat hama tikus tersebut.
Untuk mengantisipasi gagal panen padi sawah, masyarakat Batang Angkola khususnya desa Sorimanaon akan beramai-ramai melakukan aksi berburu tikus
Sedang masyarakat Sitaratoit tambah Mansyur sudah melakukan aksi berburu monyet, namun susah membasminya karena jumlahnya yang begitu banyak ditambah begitu liar.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017