Medan, 22/3 (Antara) - Manajemen PT Toba Pulp Lestari, Tbk menegaskan tetap komitmen menjaga kualitas air sungai dan anak sungai di sekitar hutan tanaman industri atau HTI perusahaan bubur kertas itu di Sumatera Utara.


Penjagaan kualitas air sungai itu dilakukan antara lain dengan melakukan pencegahan dari degradasi, memantau debit air secara rutin serta menjaga kualitas air termasuk biota air yang hidup di dalamnya, ujar Manager Regional II PT Toba Pulp Lestari (Tobapulp), Simon Sidabukke di Medan, Selasa,


Dia mengatakan itu terkait dengan peringatan Hari Air Sedunia, 22 Maret.


Simon Sidabukke memberi contoh, untuk memastikan lima anak sungai yang berada di sekitar konsesi HTI Sektor Aek Nauli, Simalungun yakni Bah (Sungai) Parlianan, Mabar, Boluk, Hapusuk, dan Aek Silau terhindar dari degredasi akibat erosi, manajemen melakukan beberapa upaya.


Jarak penebangan pohon eucalyptus di kiri kanan badan anak sungai itu, misalnya dilakukan sesuai ketentuan pemerintah yakni berjarak minimal 50 meter.


"Manajemen membuat pengumuman larangan menebang pohon sembarangan dan secara periodik dilakukan inspeksi ke lapangan," katanya yang didampingi Humas Tobapulp Medan, Dedy Armaya.


Adapun pemantauan terhadap perubahan air sungai dari aktivitas HTI diakukan dengan tiga cara.


Mulai memantau debit air di inlet dan outlet minimal sekali sebulan, kemudian melakukan pemeriksaan dengan mengambil contoh air setiap semester bekerja sama dengan Sucofindo serta pemeriksaan biota air sungai sekali setahun.


"Manajemen menyadari pentingnya penjagaan sempadan sungai yang berfungsi sebagai kawasan lindung bersama greenbelt dan kawasan pelestarian plasma nuftah," katanya.


Selain memperhatikan anak sungai, kata Simon, Tobapulp sejak 2013, menjalankan program pipanisasi air pegunungan dari salah satu titik di kaki pegunungan Bukit Barisan, Toba Samosir untuk memenuhi kebutuhan air bersih 50 kepala keluarga.


Dengan pipanisasi air itu, kesulitan warga mendapatkan air selama ini seperti harus berjalan kaki hingga satu kilometer dengan kondisi jalan berbukit-bukit mengambil air ke pancuran sudah tidak ada lagi.


"Eucalyptus yang dipilih sebagai bahan baku pulp juga dengan pertimbangan atau perhitungan bahwa tanaman itu memiliki kemampuan adaptasi terhadap kebutuhan air sesuai kebutuhannya bersirkulasi. Eucalyptus memiilik sifat toleran terhadap konsumsi air sehingga jelas menjaga ketersediaan air," katanya.


Dia menjelaskan, syarat tumbuh eucalyptus berada di wilayah dengan curah hujan 1.600 mm per tahun sedangkan curah hujan di kawasan konsesi Tobapulp ada 2.500 mm per tahun, sehingga ada surplus ketersedian air sebanyak 900 mm per tahunnya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016