Jakarta, 22/2 (Antara) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai kehadiran pemimpin tertinggi atau Grand Syaikh al-Azhar Mesir, Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb beserta Majelis Hukama al-Muslimin diyakini memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia.
"Al-Azhar bagi para kiai Nahdlatul Ulama sangat penting sebagai penyanggah pola berislam yang moderat dan tolerans, di samping juga para ulama di Mekkah dan Madinah yang masih berhaluan Alussunnah wal Jamaah," kata Ketua PBNU Sulton Fatoni di Jakarta, Senin.
Menurut Sulton, hubungan para kiai NU dengan ulama Al-Azhar telah memasuki 100 tahun, tepatnya sejak awal abad 20, diawali oleh Syaikh Ghana¿im al-Mishri pada tahun 1926 yang ikut memperjuangkan Islam moderat di Indonesia.
"Relasi ini terbukti positif bagi masyarakat Islam kedua negara sebagai bagian dari Muslim dunia yang mengusung kehidupan yang harmoni dan damai. Semoga hubungan positif ini berlanjut hingga waktu-waktu yang akan datang," kata Sulton.
Sulton menambahkan, beberapa bulan mendatang PBNU akan menyelenggarakan "Konferensi Internasional Pemimpin Islam Moderat" di Jakarta. Kehadiran delegasi dari Al-Azhar Mesir dinilai sangat penting untuk memperkuat upaya membangun peradaban islami yang menjunjung tinggi kehidupan yang harmoni dan damai.
"Kami akan mengundang simpul-simpul pemimpin Islam yang 'concern' membangun peradaban, bukan menghancurkan peradaban, dan kehadiran delegasi Al-Azhar sangat penting," kata Sulton.
Grand Syekh al-Azhar Ahmad at-Thayyib bersama rombongan tiba di Jakarta, Minggu (21/2) malam dan diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka Jakarta, Senin.
Dalam kunjungan bersejarahnya ke Tanah Air selama kurang lebih enam hari ini, sosok yang pernah menjabat rektor Universitas Al-Azhar dari 2003-2010 tersebut didampingi oleh delegasi khusus Al-Azhar yang terdiri dari Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq, mantan menteri wakaf Mesir, Anggota Dewan Penasihat Al-Azhar Syekh Muhammad Abd as-Salam, Dekan Fakultas Ushuluddin Al-Azhar Prof Abd al-Fattah al-Awari, dan Sekjen Majelis Hukama al-Muslimin Prof Dr Ali an-Nu'ami.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016