Medan, 9/3 (Antara) - Asian Agri Group membangun lima pabrik biogas dengan menggunakan bahan baku limbah cair "Palm Oil Millpalm Effluent" atau POME untuk bisa ikut berperan dalam penanganan krisis energi di dalam negeri.
"Pengolahan POME yang merupakan limbah CPO dan inti kelapa sawit menjadi energi dari selama ini masih hanya dimanfaatkan sebagai subsitusi pupuk, menjaga kelembapan tanah dan penahan erosi tanaman sawit itu diharapkan benar-benar bisa menghasilkan energi yang memadai,"kata Head Mill and Engineering Asian Agri, Sahat Sibuea, di Medan, Senin.
Pengolahan POME untuk energi itu dilakukan perusahaan tersebut sejalan dengan penerapan budaya kerja Asian Agri sebagai perusahaan inovatif dan kreatif.
Langkah itu juga termasuk sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
Dia menjelaskan, pembangunan lima unit pabrik biogas dengan masing -masing menghasilkan energi 2 (dua) MW dilakukan di tiga provinsi dimana ada usaha bisnis sawit Asian Agri, yakni Sumut, Riau dan Jambi.
Di Sumut, ada dua pabrik masing-masing Pabrik Biogas Negeri Lama Dua, di Desa Sidomulyo, Kecamatan . Bilah Hilir, Labuhan Batu dan Pabrik Gunung Melayu Satu, di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.
Sementara di Riau, pabrik biogas yang berjumlah dua unit juga masing-masing Pabrik Ukui Satu, di Desa Air Hitam, Kecamatan. Ukui, Kabupaten Pelalawan dan Pabrik Biogas Buatan Satu, di Desa Bukit Agung, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
Sedangkan di Jambi, ada Pabrik Biogas Taman Raja, Desa Lubuk Bernai, Kecamatan. Batang Asam, Kabupaten. Tanjung Jabung Barat.
Sahat Sibuea, menjelaskan, teknologi dari Jepang itu berbeda dengan teknologi yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan sejenis.
"Asian Agri menggunakan teknologi 'digester tank' dan 'An MBR tank' . Teknologi dari Jepang tu, dinilai manajemen lebih unggul,"katanya.
Lebih unggul, karena penggunaan teknologi itu dalam prosesnya menggunakan An MBR (Kubota Anaerobic Membrane Bio reactor).
Sistem dengan Bakteri Thermophilip itu berfungsi mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukkan gas metan.
"Kalau kelima pabrik itu beroperasi, maka energi yang akan dihasilkan Asian Agri dengan memanfaatkan POME tersebut ada sebesar 10 MW karena masing-masing pabrik bisa menghasilkan 2 MW,"katanya.
Energi yang dihasilkan itu tentu saja memberikan harapan baru bagi semua kalangan ditengah masih terus berlangsungnya krisis energi listrik.
Dia menjelaskan, dewasa ini, kelima pabrik biogas tersebut dalam proses "finishing", dimana dua pabrik direncanakan akan "commissioning" pada pertengahan bulan.
Wakil Gubernur, H T Erry Nuradi, menyebutkan, Sumut yang memiliki potensi luar biasa di sektor perkebunan, mulai karet, kakao hingga sawit, memang seharusnya melihat peluang bisnis lainnya di luar hanya mengekspor dalam bentuk setengan jadi atau produk jadinya seperti selama ini.
Bahkan diharapkan, pengusaha dan masyarakat bisa memanfaatkan limbah hasil perkebunan maupun industri.
"Sudah saatnya memang memperkuat hilirisasi dan bahkan menggunakan teknologi untuk bisa mengolah limbahnya menjadi produk yang menguntungkan,"katanya.
Mengolah limbah sawit menjadi energi misalnya merupakan langkah tepat.
"Dengan mengolah limbah, maka selain memberi keuntungan tambahan bagi pengusaha, juga bisa menjadi peredam isu limbah pada perkebunan dan industri sawit itu,"katanya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Pengolahan POME yang merupakan limbah CPO dan inti kelapa sawit menjadi energi dari selama ini masih hanya dimanfaatkan sebagai subsitusi pupuk, menjaga kelembapan tanah dan penahan erosi tanaman sawit itu diharapkan benar-benar bisa menghasilkan energi yang memadai,"kata Head Mill and Engineering Asian Agri, Sahat Sibuea, di Medan, Senin.
Pengolahan POME untuk energi itu dilakukan perusahaan tersebut sejalan dengan penerapan budaya kerja Asian Agri sebagai perusahaan inovatif dan kreatif.
Langkah itu juga termasuk sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
Dia menjelaskan, pembangunan lima unit pabrik biogas dengan masing -masing menghasilkan energi 2 (dua) MW dilakukan di tiga provinsi dimana ada usaha bisnis sawit Asian Agri, yakni Sumut, Riau dan Jambi.
Di Sumut, ada dua pabrik masing-masing Pabrik Biogas Negeri Lama Dua, di Desa Sidomulyo, Kecamatan . Bilah Hilir, Labuhan Batu dan Pabrik Gunung Melayu Satu, di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan.
Sementara di Riau, pabrik biogas yang berjumlah dua unit juga masing-masing Pabrik Ukui Satu, di Desa Air Hitam, Kecamatan. Ukui, Kabupaten Pelalawan dan Pabrik Biogas Buatan Satu, di Desa Bukit Agung, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan.
Sedangkan di Jambi, ada Pabrik Biogas Taman Raja, Desa Lubuk Bernai, Kecamatan. Batang Asam, Kabupaten. Tanjung Jabung Barat.
Sahat Sibuea, menjelaskan, teknologi dari Jepang itu berbeda dengan teknologi yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan sejenis.
"Asian Agri menggunakan teknologi 'digester tank' dan 'An MBR tank' . Teknologi dari Jepang tu, dinilai manajemen lebih unggul,"katanya.
Lebih unggul, karena penggunaan teknologi itu dalam prosesnya menggunakan An MBR (Kubota Anaerobic Membrane Bio reactor).
Sistem dengan Bakteri Thermophilip itu berfungsi mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukkan gas metan.
"Kalau kelima pabrik itu beroperasi, maka energi yang akan dihasilkan Asian Agri dengan memanfaatkan POME tersebut ada sebesar 10 MW karena masing-masing pabrik bisa menghasilkan 2 MW,"katanya.
Energi yang dihasilkan itu tentu saja memberikan harapan baru bagi semua kalangan ditengah masih terus berlangsungnya krisis energi listrik.
Dia menjelaskan, dewasa ini, kelima pabrik biogas tersebut dalam proses "finishing", dimana dua pabrik direncanakan akan "commissioning" pada pertengahan bulan.
Wakil Gubernur, H T Erry Nuradi, menyebutkan, Sumut yang memiliki potensi luar biasa di sektor perkebunan, mulai karet, kakao hingga sawit, memang seharusnya melihat peluang bisnis lainnya di luar hanya mengekspor dalam bentuk setengan jadi atau produk jadinya seperti selama ini.
Bahkan diharapkan, pengusaha dan masyarakat bisa memanfaatkan limbah hasil perkebunan maupun industri.
"Sudah saatnya memang memperkuat hilirisasi dan bahkan menggunakan teknologi untuk bisa mengolah limbahnya menjadi produk yang menguntungkan,"katanya.
Mengolah limbah sawit menjadi energi misalnya merupakan langkah tepat.
"Dengan mengolah limbah, maka selain memberi keuntungan tambahan bagi pengusaha, juga bisa menjadi peredam isu limbah pada perkebunan dan industri sawit itu,"katanya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015