Berbagai jenis anyaman seperti tikar, alas sejadah, topi, tas tempat penyimpanan koran hingga dompet dibuat dari daun pandan yang banyak tumbuh di desa setempat, serta pernah dipamerkan di Medan Fair
"Saat pameran , produk yang paling banyak diminati adalah jenis tas ukuran besar,” kata Ketua TP PKK Kab.Batubara Ny Hj Khadijah Arya SE di Lima Puluh.
Jika mayoritas warga khususnya para ibu di Desa-desa dari dulu merupakan pengrajin dari hasil alam seperti tikar, talenan bahkan sandal bakiak.
"Kami mencoba memanfaatkan hasil alam yang ada di desa kami seperti daun pandan yang memang banyak tumbuh disini , dan kemampuan para kader PKK dalam membuat anyaman juga tidak lepas dari faktor turunan dari orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman,” jelasnya.
Selain mendapat pelatihan dari TP.PKK, para kader ini juga dibantu dalam pengembangan usahanya seperti mengikuti acara pameran dan lain-lain.
"Kami juga terus mengembangkan usaha dengan mengikuti pameran lainnya, walaupun biasanya kami harus iuran dalam mengeluarkan dana sendiri untuk biaya pendaftaran pameran,” ujarnya.
Menurutnya, proses pembuatan anyaman sendiri membutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 5 hari.
“Daun pandan yang sudah dipisahkan dari pelepahnya dengan cara penyiringan dan dipotong kecil-kecil, untuk proses ini kami memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun tersebut direbus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selam satu hari. Setelah itu, dijemur dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. Tahap berikutnya, setelah jadi barang tersebut diberi warna dengan zat pewarna makanan dan diolesi minyak sayur agar dalam proses pengeringannya warna tersebut tidak pudar lalu direbus kembali,” beber Mulyani (43).
Produk-produk yang dihasilkan ini dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Tikar ukuran besar dihargai Rp. 199.000,-, tikar ukuran kecil Rp. 125.000,-, Box Koran Rp. 150.000,-, Tas besar alus Rp. 100.000,-, tas besar biasa Rp. 60.000, sampai Rp. 123.000- dan dompet dilepas kepasaran dengan harga Rp. 45.000.(Ahmad Suhaimi).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Saat pameran , produk yang paling banyak diminati adalah jenis tas ukuran besar,” kata Ketua TP PKK Kab.Batubara Ny Hj Khadijah Arya SE di Lima Puluh.
Jika mayoritas warga khususnya para ibu di Desa-desa dari dulu merupakan pengrajin dari hasil alam seperti tikar, talenan bahkan sandal bakiak.
"Kami mencoba memanfaatkan hasil alam yang ada di desa kami seperti daun pandan yang memang banyak tumbuh disini , dan kemampuan para kader PKK dalam membuat anyaman juga tidak lepas dari faktor turunan dari orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman,” jelasnya.
Selain mendapat pelatihan dari TP.PKK, para kader ini juga dibantu dalam pengembangan usahanya seperti mengikuti acara pameran dan lain-lain.
"Kami juga terus mengembangkan usaha dengan mengikuti pameran lainnya, walaupun biasanya kami harus iuran dalam mengeluarkan dana sendiri untuk biaya pendaftaran pameran,” ujarnya.
Menurutnya, proses pembuatan anyaman sendiri membutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 5 hari.
“Daun pandan yang sudah dipisahkan dari pelepahnya dengan cara penyiringan dan dipotong kecil-kecil, untuk proses ini kami memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun tersebut direbus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selam satu hari. Setelah itu, dijemur dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. Tahap berikutnya, setelah jadi barang tersebut diberi warna dengan zat pewarna makanan dan diolesi minyak sayur agar dalam proses pengeringannya warna tersebut tidak pudar lalu direbus kembali,” beber Mulyani (43).
Produk-produk yang dihasilkan ini dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Tikar ukuran besar dihargai Rp. 199.000,-, tikar ukuran kecil Rp. 125.000,-, Box Koran Rp. 150.000,-, Tas besar alus Rp. 100.000,-, tas besar biasa Rp. 60.000, sampai Rp. 123.000- dan dompet dilepas kepasaran dengan harga Rp. 45.000.(Ahmad Suhaimi).
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014