Jakarta, 8/1 (Antara) - Setiap ada kecelakaan pesawat dengan tingkat kehancuran yang sangat tragis, apalagi dengan korban penumpang demikian banyak, semua orang menyandarkan harapan kepada kotak hitam.

AirAsia jenis Airbus A320-200 dengan nomor penerbangan QZ 8501 jatuh pada hari Minggu (28/12). Pesawat dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura itu mengangkut 155 penumpang dan tujuh awak.
Upaya keras terus dilakukan tim SAR gabungan untuk mencari dan mengevakuasi para korban serta awak pesawat. Pengumpulan serpihan yang mengambang juga dilakukan untuk investigasi penyebab kecelekaan ini.

Yang tidak kalah seru adalah perburuan badan pesawat. Sejauh ini, tim SAR telah mengindentifikasi lokasi yang diyakini sebagai tempat ekor pesawat. Dari ekor inilah, ada harapan baru untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan karena ada perkiraan kotak hitam diletakkan atau disimpan di sana.

Publik meyakini upaya keras tim SAR bersama pihak terkait, termasuk militer, akan mampu meraih kotak hitam di dasar laut yang keruh dan berlumpur itu. Tampak ada kesadaran dan kesabaran dari publik mengenai belum diraihnya kotak hitam karena untuk menyentuh dasar laut saja, penyelam harus bergumulan dengan arus bawah permukaan laut.
Apa kotak hitam itu? Mengapa begitu menjadi perhatian sangat serius dalam setiap kecelakaan penerbangan?
Kotak hitam atau "black box" adalah sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi--umumnya merujuk kepada perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder/CVR) dalam pesawat terbang.

Fungsi dari kotak hitam adalah untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC) serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan.

Walaupun dinamakan kotak hitam, sesungguhnya kotak tersebut tidak berwarna hitam, tetapi berwarna jingga (oranye). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika pesawat itu mengalami kecelakaan.

Penempatan kotak hitam ini sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan. Umumnya terdapat dua unit kotak hitam yang diletakkan pada bagian depan dan bagian ekor pesawat yang diyakini merupakan bagian yang utuh ditemukan.

Penemuan
Terdapat berbagai versi dalam penemuan kotak hitam atau alat perekam dalam dunia penerbangan. Terlebih lagi ketika kecelakaan pesawat terbang, sering kali pesawat hancur sehingga sulit dicari penyebab kecelakaan tersebut. Hal tersebut mendorong Dr. David Warren, seorang ahli ledakan, membuat alat yang dapat merekam semua informasi sebelum terjadi kecelakaan.

Idenya diambil dari sebuah alat tape recorder yang berukuran saku dan desain dibuat di Australia untuk dilanjutkan menjadi alat yang merekam semua arus komunikasi dalam penerbangan. Alat ini bisa merekam suara pilot dan semua data yang diterima dari delapan alat yang berbeda.

Semua data ini bisa dipisah dan menghasilkan data yang akurat tentang penyebab kecelakaan. Alat ini kemudian dirancang untuk digunakan dalam perawatan dan pemeliharaan pesawat sehingga diketahui bagian mana yang mengalami tekanan.

Alat rekaman ini kemudian dimasukkan dalam kotak baja yang kuat untuk menjaga agar tidak ikut hancur ketika kecelakaan pesawat. Kotak ini kemudian dilapisi asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.

Masalah lain adalah ketika kekhawatiran pembicaraan para pilot selama penerbangan tersiar ke masyarakat umum dan disalahgunakan. Untuk mengatasi ini, dibuatkan komputer khusus yang disambungkan ke perekam. Dengan bantuan grafik, bisa dihasilkan gambar dari setiap kejadian.

Istilah
Istilah kotak hitam muncul ketika selepas pertemuan mengenai perekam penerbangan komersial pertama yang dinamai "Red Egg" karena warna dan bentuknya, seseorang berkomentar "Ini adalah kotak hitam yang menakjubkan". Kotak hitam adalah istilah yang lebih humoris dan hampir tidak pernah digunakan dalam industri keselamatan penerbangan.

Perekam ini secara umum tidak berwarna hitam. Namun, biasanya oranye terang karena ditujukan agar mudah dicari dan ditemukan setelah terjadi suatu insiden.

Menurut Wikipedia, asal alternatif untuk istilah ini adalah dari terminologi RAF ketika Perang Dunia II. Selama periode inovasi elektronik baru pada tahun 1940--1945, benda seperti Oboe, GEE, dan H2S dipasang pada pesawat (biasanya pesawat pengebom) secara rutin.

Rupa benda ini ditutupi kotak besi buatan dan dicat hitam untuk mencegah pemantulan. Setelah beberapa waktu, barang elektronik "baru" apa pun disebut sebagai "kotak trik" (box-of-tricks) atau "kotak hitam". Ekspresi ini meluas hingga masa penerbangan sipil setelah perang dan akhirnya penggunaan secara umum.

Alat perekam dalam penerbangan ini, flight data recorder (FDR) atau cockpit data recorder (CDR), umumnya menggunakan pita perekam selayaknya kaset pada tape recorder. Namun, perkembangan baru, kini telah digunakan FDR atapun CDR yang merekam menggunakan "chip memory" khusus.

Ketika terjadi insiden 11 September 2011 yang dikenal dengan 9-11, muncul usulan dari pihak keselamatan penerbangan agar kokpit pesawat dilengkapi dengan video data recorder yang merekam aktivitas dan situasi pilot saat penerbangan, termasuk menit-menit terakhir dalam kecelakaan untuk melihat situasi sebenarnya.

Fokus
Bagaimana perkembangan terakhir mengenai perburuan kotak hitam di Selat Karimata?
Memasuki hari ke-12 operasi pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ 8501, Badan SAR Nasional (Basarnas) fokus pada kotak hitam pesawat.

"Setelah bagian ekor pesawat ditemukan, rencana kita secara bertahap untuk memastikan apakah 'black box' masih berada di posisinya di bagian ekor itu atau sudah terlepas dari tempatnya semula," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya F. Henry Bambang Soelistyo di Jakarta, Kamis.

Untuk memastikan hal tersebut, Basarnas sudah berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan para penyelam di lapangan. "Karena 'black box' memerlukan perlakuan khusus untuk bisa mengambil dan mengevakuasinya," kata dia.

Sejak pukul 06.45 WIB tim kembali menyelam ke bagian ekor. Namun, karena jarak pandang di bawah 1 meter di dasar laut, para penyelam hanya mendapatkan puing-puing dan sudah dibawa ke kapal. Kekuatan arus laut di lokasi pencarian saat ini 3--5 knot sehingga tim penyelam saat ini juga menunggu arus bawah lebih baik.

Soelistyo menjelaskan jika "black box" masih melekat pada tempatnya maka harus berkoordinasi dengan KNKT apakah boleh ekor diangkat sekaligus. "Jadi, keputusan ada di KNKT, kita hanya membantu dan kita sudah siap dengan crane yang ada di kapal Crestonyx," katanya.

Tim SAR gabungan pada hari Rabu (7/1) telah menemukan ekor pesawat dan lokasi tersebut ditandai dengan tali dan balon bahkan sinyal sehingga tidak khawatir posisi ekor akan hilang lagi.

Di lokasi penemuan ekor juga kapal Crestonyx, Baruna Jaya, dan satu kapal Basarnas siaga menunggu kekuatan arus bawah laut membaik.

Optimistis
Bagaimana jika suatu saat ini kotak sakral ini sudah berhasil ditemukan dan diangkat ke permukaan lalu dibawa ke daratan untuk dibuka guna mendapatkan informasi atau data penyebab kecelakaan?
Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi Nurcahyo Utomo optimistis "black box" AirAsia QZ 8501 yang akan diangkat dari dasar laut mampu dibaca, bahkan dibuatkan animasi kronologi dari mulai terbang hingga terjatuh.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia memiliki laboratorium dan ahli yang telah belajar dari luar negeri sehingga "black box" tidak perlu dibawa ke luar negeri, katanya di Pangkalan Bun, Kalteng, Kamis.

"Rusia saja mengakui kinerja dan kecepatan KNKT Indonesia saat membaca 'black box' Sukhoi. Kondisi 'black box' Sukhoi itu hancur berkeping-keping, bahkan terbakar, tetapi diselesaikan hanya dua minggu. Rusia saja harus 1,5 bulan," kata dia.

Kemungkinan terburuk apabila tidak mampu membaca "black box" AirAsia, ahli dari negara lain yang dianggap netral akan dipanggil ke laboratorium KNKT Indonesia.

Apabila tidak mampu juga memperbaiki dan membaca "black box", KNKT Indonesia akan membawa langsung ke pabrik pembuat "black box" dan tetap dilakukan pengawasan.

"Kita tidak ingin ada saling menyalahkan atau persaingan antarpembuat pesawat. Itu kenapa membaca 'black box' harus tetap dilakukan KNKT Indonesia dan bukan Airbus atau lainnya," katanya.
Melihat gambar ekor pesawat yang disampaikan Badan SAR Nasional maka diyakini "black box" dapat dibaca. "Yakinlah kita bisa membaca 'black box' AirAsia. Alat dan ahlinya 'kan ada di KNKT," kata Nurcahyo.

Pewarta: Sri Muryono

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015