Salah seorang peserta Konvensi Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo saat ini berada di Medan, mengikuti Debat Bernegara antarcalon peserta konvensi yang berlangsung di Istana Maimun, Selasa (21/1). Berada di Medan, bagi Edhie, demikian dia biasa dipanggil, mengingatkannya pada masa kanak-kanaknya ketika tinggal di kota ini tahun 1967 mengikuti ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo yang ditugaskan sebagai Panglima Kodam Bukit Barisan.

Sebagaimana ayahnya, Pramono Edhie Wibowo, dikenal sebagai pribadi yang sederhana, jujur, tegas, santun, dan humoris. Dia lahir di Magelang pada tanggal, bulan, dan tahun yang istiwewa, 5 Mei 1955, (5-5-55). Pramono Edhie lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata RI Bagian Darat (Akabri Bagian Darat/kini Akademi Militer) tahun 1980.

Anak kelima dari salah satu tokoh militer Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo ini, menghabiskan sebagian besar karir militernya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Di korps baret merah itu, Edhie mengemban berbagai jabatan mulai dari  komandan peleton, komandan kompi,  komandan detasemen, komandan batalyon, komandan grup hingga menjadi Komandan Jenderal Kopassus.

Di luar Kopassus, Edhie Wibowo pernah bertugas sebagai ajudan Presiden RI Megawati Soekarnoputri, Kepala Staf Kodam Diponegoro, Panglima Kodam Siliwangi, Panglima Kostrad, dan mengakiri karir militer dalam jabatan Kepala Staf TNI AD (Kasad) pada Mei 2013 dengan pangkat jenderal bintang empat.

Setelah pensiun dari dinas militer, Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo melanjutkan pengabdiannya dengan menjadi anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Saat ini Edhie Wibowo sedang mengikuti Konvensi Partai Demokrat bersama 10 peserta lainnya, berkompetisi untuk memenangi pilihan calon presiden dari Partai Demokrat.

 

Anti Kongkalikong

Kejujuran Pramono Edhie sudah teruji selama 33 tahun  tiga bulan karir militernya. Saat sebagai Kasad, misalnya dia membeli main battle tank Leopard. Ketika itu, sejumlah pihak mengajak Edhie Wibowo kongkalikong dalam pembelian alutsista canggih itu. Bila saja Edhie mau diajak main mata, maka tank yang bisa dibeli hanya 44 unit, bukan 150 seperti sekarang ini. Karena tidak mau kongkalikong, Edhie lantas "dimusuhi" banyak pihak, namun dia tidak ambil peduli dengan mereka.

Masih soal kejujuran, Edhie Wibowo pernah juga mau disuap Rp20 miliar ketika membeli alat bidik (keker) senapan. Alat itu harganya di pasaran Rp19 juta, namun ditawarkan kepadanya Rp25 juta. Si penjual berjanji memberikan Rp4 juta perpucuk untuk Edhie dari rencana pembelian 5000 unit. Edhie menolak ketidakjujuran tersebut, bahkan dia bisa mendapatkan keker itu dengan harga pabrik: Rp9 juta perbiji.

Selain jujur, Edhie dikenal hidup sederhana. Dia misalnya selalu berpergian naik pesawat di kelas ekonomi, dan tidak suka pesta-pesta. Ketika menikahkan anak perempuannya, saat dia menjabat Kasad, Edhie tidak menyelenggarakan pesta. Ketegasannya dapat dilihat ketika dia menangani kasus Cebongan yang menghebohkan itu.

Nilai-nilai keutamaan: kejujuran, hidup sederhana, merakyat, dan tegas merupakan ajaran yang dia peroleh dari ayahandanya Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Menikah dengan Kiki Gayatri, Pramono Edhie Wibowo dikaruniai dua putra-putri: Pastri Astuti Dewi, dan Dewantho Edhie Wibowo, dan seorang cucu.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014