Lumbanjulu,  14/12 (Antara) - Pegiat lingkungan dari Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Marandus Sirait memperoleh penghargaan dalam bidang lingkungan hidup "Anugerah Universitas Gajah Mada 2013" yang akan diselenggarakan pada upacara Dies Natalis ke*64 UGM, Kamis (19/12).
     "Anugerah tersebut akan kami terima dalam bentuk sebuah lencana dan piagam penghargaan serta tali kasih berupa uang sejumlah sepuluh juta rupiah," kata Marandus, di Lumbanjulu, Sabtu.
     Anugerah Universitas Gadjah Mada 2013, diberikan kepada sejumlah tokoh nasional yang dinilai telah memberikan sumbangan besar dan bermakna bagi kehidupan bangsa dan kemajuan Negara.
     Marandus, pengelola Taman Eden 100 Lumbanjulu yang hanya lulusan SMP itu menyebutkan, penganugerahan tersebut dilaksanakan di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, lantai 2, Bulaksumur, Yogyakarta, pada pukul 9.00 Kamis (19/12).
     Dikatakannya, surat undangan bernomor 804/PiSet-Eksekutif/2013 tanggal 4 Desember 2013 untuk menghadiri acara dimaksud langsung ditanda tangani Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sofian Effendi.
     Penganugerahan akan dilakukan setelah pidato Dies Natalis Universitas Gadjah Mada oleh Prof. Ir. Sudaryono M.Eng, berjudul 'Penguatan Teknologi dan Industri untuk Kedaulatan Bangsa'.
     Selanjutnya, dilaksanakan penyerahan Anugerah Hamengku Buwono IX dan penyerahan Anugerah Universitas Gadjah 2013.
     Marandus menyebutkan, atas pengabdian yang pernah dilakukannya dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan di kawasan danau Toba, dirinya sudah beberapa kali mendapat piagam dan penghargaan.
     Pria kelahiran 1 Juni 1967 itu menyebutkan, untuk pertama sekali dirinya memperoleh piala dan penghargaan sebagai kader konservasi terbaik se Sumatera Utara pada 2001 dari Gubernur Sumatera Utara.
     Kemudian pada 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan piala Kalpataru dalam katagori perintis lingkungan yang diterimanya di istana Negara Jakarta.
     Setahun setelah menerima Kalpataru, Marandus melangsungkan pernikahannya pada bulan Juli 2006, bertepatan dengan hari peringatan lingkungan hidup dan acaranya diisi pernikahan bernuansa lingkungan dengan menanam sejumlah pohon dan melepaskan ratusan burung ke alam bebas.
     Kemudian pada 2010, selama dua kali berturut-turut, menerima 'piala nasional wahana lestari' dari Menteri Kehutanan serta 'Danau Toba Award' dari Gubernur Sumatera Utara.
     Selanjutnya, pada 2012 kembali menerima penghargaan dan piala dari Gubernur Sumatera Utara, sebagai Pembina lingkungan hidup terbaik.
     Namun, Marandus yang berhasil membangun hutan agrowisata seluas 40 hektar di Taman Eden Lumbanjulu itu menyebutkan, dirinya sering merasa kecewa terhadap  kerusakan lingkungan yang terus terjadi di kawasan danau Toba..
     Sehingga, kata dia, pada Selasa (3/9) bersama penerima penghargaan lingkungan, Hasoloan Manik dan Wilmar Simanjorang, mereka mengembalikan piala Kalpataru itu di depan Istana Presiden karena kecewa terhadap  kerusakan lingkungan yang terus terjadi di daerahnya.
     Alasan pengembaliannya, menurut Marandus, sebagai bentuk protes mereka terhadap ketidakperdulian pemerintah atas kerusakan lingkungan di Danau Toba.
     "Kami kecewa, karena tidak ada tindak lanjut dari aparat pemerintah menangani aksi pengrusakan hutan yang terjadi di kawasan Danau Toba," keluh Marandus, yang dianggap sebagai salah satu pahlawan lingkungan tersebut. (IN)

Pewarta: Imran Napitupulu

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013