Lazimnya telepon pintar atau smartphone bila berada di genggaman anak-anak muda masa kini hanya sekadar untuk eksis di berbagai jejaring sosial media, maka anggapan tersebut bisa jadi meleset.

Bagi sekelompok anak muda pemenang Shell Live Wire Business Start-Up Award (BSA) 2013, internet menjadi bagian dari kesuksesan mereka saat mulai menjajal bisnis dari yang beromzet kecil-kecilan hingga mampu meraup jutaan hingga puluhan juta Rupiah.
Namanya Richard Rich (22), dari namanya saja sudah memberikan rasa optimistis "Richard si kaya".

Ide kreatif alumnus Fakultas Hubungan Internasional Universitas Indonesia membawa seni melukis di tembok jalanan yang lazim disebut mural masuk ke dinding perkantoran, restoran, pabrik hingga kegiatan kampanye untuk produk tertentu.

Sukses Richard sebagai wirausaha muda diawali dari kerja keras dan kreativitas anak-anak muda zaman sekarang yang mengandalkan informasi teknologi sebagai pintu masuk mengawali dan mempromosikan usahanya.

"Modal pastinya ada saat mengawali bisnis seni lukis ini. Disamping juga keuletan, kerja keras, hemat dan lebih penting mengandalkan internet karena ide, kesempatan dan peluang-peluang baru bisa datang dari mana saja", ujarnya.

Kreativitas menjadi salah satu kunci kesuksesan Richard.

Dalam menjalankan bisnis mural-nya itu maka ia mengajak anak-anak jalanan yang sering dilihatnya corat coret di dinding kolong jalan tol dan tempat-tempat umum lainnya untuk menyalurkan keterampilan melukis.

Di samping itu, Richard juga menggandeng para seniman lukis mural untuk menjalankan bisnisnya.

Promosi bisnis melukis di dinding ini dilakukan dengan banyak cara, salah satunya yang paling efektif adalah dengan membuat website.
"Sekarang ini internet sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari masyarakat sehingga saya optimistis calon pengguna jasa datang dari promosi via internet," kata Richard yang kini sudah banyak melayani permintaan dari perusahaan swasta, pemerintah, lembaga nonpemerintah dan individu.

Jasa melukis yang diminta pengguna jasa untuk tujuan bermacam-macam, seperti pemerintah untuk mengkampanyekan suatu program, ada juga perusahaan swasta untuk kegiatan Corporate social responsibilty-CSR, pemilik restoran dan cafe yang ingin memperindah dan menghadirkan suasana tertentu di ruangan, dan sebagainya.

Kecap nikmatnya
Saat ini, Richard mulai mengecap nikmat dari bisnis mural-nya yang kini telah melayani pelanggan sekelas Sampoerna Foundation, Bank Mandiri, Spacetoon dan beberpa bank terkemuka di Tanah Air.

Wirausaha muda yang tidak kalah kreativitas lainnya adalah Ari Yudianto. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta ini menamakan produknya Glugu Art Wood, produk furniture dengan bahan dasar dari kulit kayu kelapa (glugu).

"Bisnis ini baru berjalan dua tahun namun produk kebutuhan rumah tangga seperti lemari, meja, kursi dan kitchen set ini sudah dikenal hingga Jakarta. Saat ini saya memperkerjakan lima pegawai yang diantaranya adalah penyandang disabilitas", ujar Ari yang menjadi satu-satunya pengusaha mebel berbahan kulit kelapa di Kota Purworejo tempat tinggalnya.

Promosi yang dijalankan Ari, lagi-lagi lebih banyak mengandalkan jaringan internet.

Ia menggunakan gluguwoodart.blogspot.com untuk mempromosikan produk-produk furniture-nya dan peminat justru banyak datang melalui internet.

"Modal usaha ini mengandalkan sikap disiplin dan memberikan respon yang baik terhadap peminat yang ingin mencari tahu tentang produk yang kami jual dan saat ini produk kami sudah diepsan sampai ke Jakarta".

Selain Richard dan Ari, masih ada sederet wirausaha muda yang memanfaatkan berbagai fasilitas di dunia maya untuk mengelola bisnisnya.

Keberhasilan dan keberlanjutan bisnis, melalui dunia maya dan media sosial dalam pengembangan usaha diakui Puriyani Hasanah, pemilik usaha benih tanaman dengan label Popon's Nursery mengatakan: "Sebanyak 80 persen dari pembeli dari bisnis benih tanaman saya ini adalah pengguna atau melalui media internet. Media internet itu cukup murah untuk biaya promosi dari sebuah produk dan jangkauannya tak terbatas," tambahnya.

Ecopreaneur dan Sociopreneur

Lebih dari 350 orang pemuda usia 18-32 tahun yang merupakan pemilik usaha yang telah berhasil menjalan usahanya antara tiga bulan hingga 24 bulan, telah terjaring dalam kompetisi "Shell LiveWIRE Business Start-Up Awards 2013" yang diselenggarakan PT Shell Indonesia.

Tahun 2013 ini, jumlah peserta terbanyak datang dari wilayah Jabodetabek yaitu sebanyak 86 peserta, disusul Bandung (52), Surabaya (45), Sleman (24), Yogya (18), Malang (16) dan sisanya berasal dari daerah lain di Pulau Jawa.

"Untuk tahun ini, bidang usaha yang dikelola para pemenang lebih bervariasi. Hal ini terlihat dari masuknya dua bidang usaha baru dalam kompetisi kali ini, yaitu usaha mebel (furniture) dan jasa lukis dinding (mural)," kata Manager Social Invesmant Shell Indonesia Anita Setyo. Untuk pertama kali BSA 2013 mengembangkan kategori untuk Ecopreaneur dan Sociopreneur.

Munculnya dua kategori tersebut karena melihat dari ratusan peserta yang mendaftarkan bisnisnya, terdapat potensi dari bisnis yang ditawarkan juga mendukung keberlanjutan lingkungan hidup, jadi mereka tidak sekedar bisnis tapi juga berkontribusi pada lingkungan hidup dan sosial, katanya.

Sebanyak 10 pemenang wirausahawan muda tersebut adalah Ari Yudianto dibidang furniture dengan Glugu Wood Art, Fajar Ciptandi di bidang fashion batik dengan Dwayana Manikam-nya, Ibnu Hari Wibowo di bidang Kuliner Pizza dengan Pizza MiniQu, Mega Siswindarto di bidang kuliner brownies dengan Frozzie, Maulana Nuril Huda di bidang agri bisnis dengan Pupuk Bio Agens.

Kemudian, Massinangling Gumelar di bidang kuliner dengan Mie Padang, Rodaldiaz Hartyanto di bidang agribisnis jamur mungil dengan GrowBox, Rian M Noor Suwari di bidang kuliner es krim bajigur dan bandrek dengan Sundanesia, Surya Darmadi dibidang teknologi aplikasi dengan Bamba Media, Yanuar Pratama Firdaus di bidang kuliner.

Sedangkan dua penerima pernghargaan untuk kategori baru di BSA 2013 yaitu Ecopreneur adalah Puriyani Hasanah dibidang agribisnis benih tanaman, dan untuk kategori Sociopreneur adalah Fajar Ciptandi.

Untuk penghargaan Ecopreneur aspek yang dinilai adalah sejauh mana bisnis peserta kompetisi mampu mendukung perbaikan kualitas dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Selain itu, juga dinilai sejauh mana usaha mereka memberi solusi bagi masalah lingkungan seperti deforestasi dan penghijauan, penanganan sampah dan limbah, penghematan energi, keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan lahan.

Sementara itu, untuk Sociopreneur Award, aspek yang dinilai adalah sejauh mana bisnis yang dijalankan peserta kompetisi bisa mendukung perbaikan kualitas hidup masyarakat.

Aspek lain yang juga dipertimbangkan adalah sejauh mana usaha yang dijalankan dapat memberikan solusi bagi masalah sosial seperti pengentasan kemiskinan, kesempatan pendidikan, pelayanan kesehatan, pemberdayaan wanita dan penyandang disabilitas serta perlindungan hak asasi manusia.

"Kami melihat bahwa makin variatifnya bidang usaha tahun ini tak lepas dari pemanfaatan kemajuan TI oleh kaum muda sejak awal menjalankan usahanya. Namun, yang patut dicatat adalah bahwa mereka tetap memanfaatkan sumber daya lokal dan memberdayakan masyarakat sekitar demi mendorong peningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkap Aidil Akbar Madjid, salah satu anggota Dewan Juri Shell LiveWIRE Business Start-Up 2013.

Seluruh pemenang program Shell LiveWire memeperoleh bantuan dana tunai sebesar Rp25 juta untuk pengembangan bisnis mereka dan bimbingan dari ahli selama 2 tahun bagi masing-masing bisnis yang dijalankan. (Z003)

Pewarta: Zita Meirina

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013