Balige, Sumut, 29/8 (Antarasumut) - Forum Dialog Pembaruan Kebangsaan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara menggelar diskusi dengan sejumlah pimpinan organisasi, pemuka adat serta tokoh masyarakat guna menjalin kerukunan, kesatuan dan persatuan antar etnis maupun budaya di daerah tersebut.
“Perbedaan etnis dan budaya beraneka ragam harus mampu kita kelola menjadi toleransi kesukuan dan keagaaman yang terbangun bersama,” kata  Kepala Kejaksaan Negeri Balige Harli Siregar, di Balige, Kamis, saat bertindak sebagai pembicara dalam diskusi tersebut.
Dialog pembaruan bertema pemeliharaan etnis dan budaya yang beraneka ragam, demi terjalinnya kerukunan, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia itu diikuti 11 etnis yang berdomisili di Kabupaten Tobasa, di antaranya suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Jawa, Pakpak, Nias, Angkola dan Tionghoa.
Menurut Harli, jika dilihat dari beberapa aspek, perbedaan adalah hambatan. Tapi, kalau dipandang dari konteks kebangsaan dan ke-Indonesiaan, perbedaan bukan menjadi hambatan tetapi menjadi kekuatan.
Apalagi kata dia, Kabupaten Tobasa yang homogen sebagai daerah asalnya orang Batak, sehingga para peserta dalam forum diskusi itu harus sepakat untuk melakukan pengelolaan perbedaan dimaksud menjadi kekuatan, melalui toleransi.
Harli mencontohkan, idelogi Batak tidak mungkin diwujudkan di negeri ini, tapi jika mau mewujudkan persamaan cara pandang terhadap nilai-nilai “kebatakan” dalam filosophi “dalihan natolu”, sangat dibutuhkan saat ini, guna mengatasi keragaman tanpa memaksakan kehendak.
“Karena itu, peran dan fungsi para tokoh agama serta pemuka adat sangat diperlukan untuk melakukan pembinaan serta keanekaragaman subkultural,"ujarnya.
Saat membuka acara tersebut, Bupati Tobasa Kasmin Simanjuntak, menyebutkan, NKRI memiliki ciri khas kebhinekaan, yakni Ras, Suku, Budaya dan Agama serta dihuni penduduk secara menyebar di seluruh wilayah nusantara, dalam bingkai satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa.
Kebhinekaan tersebut, kata dia, sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia di masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Saat ini, lanjutnya, bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan, berupa  konflik bersifat horizontal dan vertical, yang disebabkan berbagai latar belakang permasalahan ras, budaya, suku dan agama yang dapat mengancam integritas nasional.
Menurut Kasmin, dalam rangka menjaga dan memelihara keutuhan  persatuan dan kesatuan bangsa serta tetap tegaknya kedaulatan NKRI diperlukan adanya komitmen seluruh bangsa, termasuk warga Tobasa, dalam berbagai upaya yang dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan.
Ditambahkannya, pembaruan kebangsaan merupakan bagian penting dari kerukunan nasional dalam rangka mendorong terwujudnya integritas nasional, serta menegakkan kedaulatan NKRI.
  "Toleransi antar sesama dengan saling menghargai perbedaan perlu terus ditingkatkan, sehingga persatuan dan kesatuan serta keamanan dalam lingkungan masing-masing bisa tetap kondusif dan terjamin,” ujar Kasmin. (IN)
 

Pewarta: Imran Napitupulu

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013