Banjarmasin (ANTARA) - Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan kHM Syarbani Haira berpendapat, almarhum KH Maioen Zubair atau dengan panggilan Mbah Moen, adalah salah seorang kyai
kharismatik yang sering menjadi tumpuan penyelesaian permasalahan bangsa Indonesia.

"Umat, santri, semua lapisan masyarakat, dan pejabat merasa dekat dengan Mbah Moen dan selalu memperoleh solusi terbaik dari almarhum semasa hidup," lanjutnya  di Banjarmasin, Selasa.

Menurut mantan wartawan Harian Prioritas terbitan Jakarta, kelahiran Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel itu, almarhum Mbah Moen
sedikit dari tokoh sepuh NU yang berumur panjang.

Selain itu, almarhum memiliki keilmuan luar biasa, serta banyak belajar dari sekian ulama hebat, tutur salah seorang penggagas dan pendiri Universitas NU Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Begitu pula saat pemilihan presiden (Pilpres) Tahun 2019 Mbah Moen menjadi tumpuan. Para ulama sepuh mendaulat beliau sebagai waliyullah akhir zaman yang menjadi patok penerang batin seluruh umat," mengaku, dirinya sebagai kader NU, mengenal nama almarhum sekitar 30 tahun lalu.

Dikatakannya almarhum Mbah Moen putra pertama Kyai Zubair dari Karang Mangu Sarang, yang tanggal kelahirannya bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

Orangtua almarhum, Kyai Zubair, murid ulama besar Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky, yang berhasil meneladani kakeknya, bersikap tegas dan teguh, serta dermawan dan saling mengasihi.

Mbah Moen menguasai banyak kitab-kitab klasik, seperti Ilmu Shaaof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.

Pada usia muda, almarhum hafal kitab-kitab nadzam, di antaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl.

Selain itu pula kitab-kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, seperti Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya, lanjut alumnus S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin dan S2 Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.

"Oleh sebab itu wajar kalau banyak kalangan, terutama warga NU atau Nahdiyin merasa kehilangan dengan meninggal dunia Mbah Moen tersebut," demikian Syarbani Haira sembari mendoakan semoga almarhum Husnul khatimah.

Baca juga: JK: Mbah Moen kawal PPP agar sesuai "qitah"

Baca juga: Amirul Hajj ajak jamaah Indonesia jalankan pesan Mbah Moen
​​​​​​​
​​​​​​​
Baca juga: Mbah Moen berpulang dengan cara yang sangat baik, kata Menteri Agama

 

Pewarta: Sukarli/Syamsuddin Hasan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019