Cianjur (ANTARA) - Penumpang angkutan umum jurusan Cianjur-Bogor, Jawa Barat, menurun setelah kasus pembunuhan Amelia Ulfa (22) mahasiswi IPB yang dihabisi secara sadis oknum sopir tembak angkutan jurusan tersebut.
  
Untuk mengantisipasi terus menurunnya jumlah penumpang angkutan tertua di Cianjur itu, para sopir memajang foto dan nomor polisi kendaraan di bagian dalam angkutan sebagai bentuk rasa aman bagi penumpang.

"Penurunan penumpang lebih dari 50 persen, sejak kasus tersebut mencuat, meskipun pelaku berhasil ditangkap. Untuk jaminan penumpang kami memajang identitas di dalam angkutan," kata Aman (71) seorang sopir angkutan Cianjur-Bogor kepada wartawan, Selasa.

Baca juga: Pembunuh alumni IPB berhasil ditangkap

Bahkan ungkap dia, sopir siap wajah serta kendaraannya difoto penumpang untuk memberikan jaminan keamanan karena tidak sedikit penumpang yang masih khawatir mengalami tindak kejahatan akibat oknum yang selama ini tidak dikenal di kalangan sopir.

"Sejak pemberitaan terkait kejadian tersebut mencuat, tingkat penumpang yang naik angkutan umum menurun drastis, biasanya penumpang selalu penuh untuk sekali jalan dari Cianjur-Bogor ataupun sebaliknya," kata Aman yang sudah puluhan tahun menjadi sopir.

Namun saat ini, tutur dia mendapat 6 orang penumpang dari Cianjur atau sebaliknya dari Bogor dianggap sudah bagus. Bahkan saat malam paling banyak hanya bisa membawa 3 orang penumpang.

Baca juga: Jasad wanita diduga korban pembunuhan ternyata alumni IPB Bogor

Berkurangnya minat penumpang untuk naik angkutan umum jenis L300 itu, tambah dia terlihat lamanya jadwal menunggu penumpang di Halte Asten Cianjur yang mencapai 2 jam lebih.

"Biasanya paling lama setengah jam, 12 bangku yang ada sudah terisi. Tapi sejak kasus ini terjadi, dalam dua jam penumpang baru ada 8 orang. Harapan kami kepercayaan penumpang tetap ada karena ulah oknum bukan sopir tetap," katanya.

Mamat (36) sopir lainnya yang sejak lima tahun terakhir meneruskan profesi ayahnya menarik angkutan Cianjur-Bogor, mengatakan imbas dari perbuatan bejat oknum sopir tembak tersebut, sangat merugikan mereka.

Bahkan selama ini, baik dirinya atau sopir lain yang sudah puluhan tahun menarik angkutan, tidak mengenal siapa pelaku yang kerap kali ditanyakan penumpang saat naik angkutan.

"Kalau sopir yang sudah lama atau yang memang profesinya tetap, pasti saling kenal, meskipun ada lebih dari 100 unit angkutan, namun siapa sopir dan sopir tembaknya sudah saling kenal," katanya.

Anisa (40) seorang penumpang, mengaku sempat khawatir dengan adanya kejadian pembunuhan tersebut. Namun selama ini dia sudah cukup mengenal sopir angkutan tersebut karena kerap menggunakan jasa angkutan.

"Memang sempat takut karena hampir setiap minggu saya menggunakan jasa angkutan L300 ini. Sebagian besar sudah kenal sopirnya termasuk Pa Aman yang sudah puluhan tahun narik angkutan," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019