Moskow (ANTARA) - Seorang anak dari pemulung di Bantar Gebang, Bekasi, menerima sumbangan dari Himpunan Persaudaraan Islam Indonesia (HPPI) Moskow di sela kegiatan Festival Indonesia di kota itu yang ditutup Senin dini hari WIB.

Nur Safitri, mahasiswa yang menerima sumbangan untuk kegiatan komunitasnya di Bantar Gebang itu, tidak kuasa menjawab pertanyaan wartawan karena langsung menangis terharu.

"Ternyata dunia ini luas," kata Fitri singkat sambil memalingkan muka menahan tangis.

Menurut filantropis Siylvia RY Jenkins, yang membawa Fitri ke Moskow untuk mengikuti Festival Indonesia menyatakan, mahasiswa semester tiga Fakultas Psikologi Jayabaya itu merupakan satu dari delapan remaja binaannya yang sehari-hari mengandalkan kehidupan dari memulung sampah di Bantar Gebang.

"Fitri kuliah. Tapi masih membantu ibunya memulung pada hari libur," kata Sylvia.

Dia sengaja mengajak Fitri ke Moskow untuk membangkitkan mental anak-anak Bantar Gebang agar mau melihat bahwa dunia di luar mereka itu luas dan beragam serta ada banyak jalan untuk mengubah nasib.

Sylvia ingin agar lebih banyak anak-anak dan remaja di Bantar Gebang ikut komunitas yang sekarang baru diikuti delapan orang.

"Fitri ini pionirnya. Dia kreatif dan rajin dan mau sekolah sehingga kami berupaya mencarikan dana," kata Sylvia, yang mendapat dukungan penuh dari Dubes RI di Rusia M Wahid Supriyadi.

Anak-anak Bantar Gebang dan ibu-ibunya itu juga mendapat pembinaan dari Putri Fristine Ameylia Kalalembang untuk membuat kerajinan tas dari kain perca tenun.

Fristine Ameylia Kalalembang merupakan desainer muda dari Tenun Nan Elok.

Komunitas yang belum memiliki nama itu diramaikan oleh kegiatan belajar mengajar dan kegiatan kreatif, misalnya membuat lukisan dari ampas kopi.

"Komunitas itu belum bernama, tetapi Fitri ingin menamakan Bantar Gebang Young Creative," kata Sylvia.


Baca juga: Busana tenun Baduy dipamerkan di Moskow

Baca juga: Restoran asli Indonesia akan dihadirkan di Moskow

Baca juga: 1.000 peserta hadiri Festival Indonesia di Moskow, Kopi Gayo diminati

Pewarta: Sapto HP
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019