Program ini akan dimulai 2019 sampai 2021. Jadi ada konsep FAO ini yang akan kita serap untuk kita sebarkan lagi kepada kecamatan yang belum. Kalau inikan FAO penuh untuk tiga kecamatan, tahun 2020 kita coba usulkan di APBD kita untuk kecamatan lain
Pontianak (ANTARA) - Tiga kecamatan di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, akan menjadi lokasi pengembangan padi organik yang didukung oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia di Indonesia.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan Kabupaten Sanggau John Hendri di Sanggau, Kamis, mengatakan untuk mendapatkan sertifikasi padi organik, harus ada langkah - langkah yang ditempuh.

"Misalnya, tidak boleh menggunakan pupuk kimia dan perbanyak menggunakan pupuk organik. Untuk memastikan padi itu bebas dari pupuk kimia, ada yang namanya sertifikasi, makanya ada istilah ISO 9000 dan sejenisnya, dan FAO ini sampai kesana, mereka mendampingi petani Sanggau sampai mendapatkan sertifikasi itu," paparnya.

Untuk pemasaran, lanjutnya, pasti terkait dengan sertifikasi. Jika pihak luar negeri yang membeli beras petani bisa memastikan bahwa produksi Sanggau bebas residu atau bebas zat kimia yang dibuktikan dengan sertifikasi organik, tentu akan menambah nilai jual.

"Program ini akan dimulai 2019 sampai 2021. Jadi ada konsep FAO ini yang akan kita serap untuk kita sebarkan lagi kepada kecamatan yang belum. Kalau inikan FAO penuh untuk tiga kecamatan, tahun 2020 kita coba usulkan di APBD kita untuk kecamatan lain yang belum. Ya mudah - mudahan bisa berjalan," imbuhnya.

Sementara itu, perwakilan dari FAO untuk Indonesia, Ageng Herianto mengungkapkan bahwa FAO bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI berencana akan mengembangkan padi organik di wilayah perbatasan.

Wilayah yang dipilih untuk pengembangan padi organik tersebut adalah Kabupaten Sanggau.

Baca juga: Indonesia-FAO akan susun regulasi pengelolaan jaring hantu

"Kami memilih Kabupaten Sanggau, karena informasi dari Kementerian Pertanian, akses pasarnya bisa lebih luas lagi sehingga kami sudah melakukan identifikasi ditingkat kecamatan yang menjadi sasaran yakni Kembayan, Sekayam dan Entikong," ungkapnya, usai beraudiensi dengan Bupati Sanggau Paolus Hadi di ruang kerjanya belum lama ini.

Ditambahkan, setelah melakukan identifikasi, melihat, dan bertemu dengan para kelompok tani di tiga kecamatan tersebut, ada sekitar 103 hektare lahan yang sudah siap untuk program ini.

"Pada tiga kecamatan itu, petaninya mau, wilayah dan fasilitasnya termasuk sawah organik juga relatif siap," jelasnya.

Dijelaskan, langkah pertama yang akan dilakukan FAO dalam mewujudkan program padi organik tersebut adalah dengan memperkuat proses produksi petani.

"Yang pertama, harus diperkuat dulu adalah proses produksinya, karena pertanian organik itu memerlukan sertifikasi dan lain sebagainya. Nanti kalau sudah sesuai sertifikasi yang kami rencanakan dalam tiga musim tanam, selanjutnya akan disertifikasi," ungkapnya.

Menurut Ageng, tanaman padi organik ini akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan. Hal Ini yang utama, karena lingkungannya semakin baik, kualitas pakannya juga semakin baik dan kualitas pangannya juga semakin baik.

" Upaya kesejahteraan petani agar mampu menghasilkan dan menjual produk dengan kualitas tinggi," ujarnya.

Ageng memastikan, FAO akan memberikan pendampingan hingga petani memiliki sertifikasi organik.

Sementara, Bupati Sanggau Paolus Hadi mengucapkan terima kasih kepada FAO dan Kementerian Pertanian yang telah memilih tiga Kecamatan di wilayah perbatasan Kabupaten Sanggau sebagai lokasi pembinaan dan pendampingi program pertanian organik.

"Kita punya peluang untuk semakin berkembang dan saya suport betul supaya petani kita yang mendapatkan program ini bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Orang kita ini kan lihat contoh dulu," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa PH ini memastikan pasar beras organik saat ini sangat disukai luar negeri. Hal itu mengingat beras organik lebih higienis.

"Saya cuma berpesan pada FAO, jangan kerja sendiri, selalu libatkan Dinas Pertanian supaya nanti transfer pengetahuan dan sistem kerja mereka," kata Paolus Hadi.
 

Pewarta: Muhammad Khusyairi/Teguh IW
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019