TNI Angkatan Laut terdapat Pusat Hidro-Oseanografi (sebelumnya bernama Dinas Hidro-Oseanografi, red.) yang selalu memantau cuaca dan kondisi maritim bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Cilacap (ANTARA) - Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Cilacap siap membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dalam melakukan mitigasi bencana khususnya tsunami.

"Kita mungkin ke depan akan membuat semacam peta, apabila terjadi bencana tsunami dan sebagainya, masyarakat ini harus berbuat apa, untuk antisipasi," kata Komandan Lanal Cilacap Kolonel Laut (P) Adi Lumaksana kepada wartawan di sela kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2019 Tingkat Kabupaten Cilacap yang dipusatkan di Arboretum Mangrove "Kolak Sekancil", Kawasan Konservasi Laguna Segara Anakan, Dusun Lempong Pucung, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Rabu (24/7).

Kendati demikian, dia mengharapkan tidak panik atau bingung ketika benar-benar terjadi bencana.

Menurut dia, langkah-langkah yang tepat dilakukan oleh masyarakat salah satunya adalah waspada terhadap bencana.

"Apabila terjadi bencana tsunami dan sebagainya, apa yang harus diperbuat. Itu yang penting," tegas dia yang belum sepekan menjabat Danlanal Cilacap menggantikan Kolonel Laut (P) Teguh Iman Wibowo.

Baca juga: BMKG DIY pastikan sirene tsunami dicek berkala

Lebih lanjut, dia mengaku ketika masih di Surabaya dan hendak memulai tugas barunya sebagai Danlanal Cilacap, ada berita jika di Cilacap ada gempa dan sebagainya.

Akan tetapi ternyata sesampainya di Cilacap, kata dia, tidak ada gempa atau tsunami karena isi berita tersebut sebenarnya hanya kajian mengenai potensi tsunami yang dapat terjadi di Cilacap.

"Itu hanya dugaan atau kajian tentang potensi tsunami," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya akan tetap memantau berita-berita tersebut.

Menurut dia, di TNI Angkatan Laut terdapat Pusat Hidro-Oseanografi (sebelumnya bernama Dinas Hidro-Oseanografi, red.) yang selalu memantau cuaca dan kondisi maritim bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Yang terpenting adalah 'update' cuaca dan kondisi alam khususnya di laut selatan untuk nantinya kita akan sampaikan ke masyarakat. Jadi, yang akurat seperti apa, biar tidak panik," katanya.

Ia mengatakan Dinas Potensi Maritim TNI Angkatan Laut di Cilacap bekerja sama dengan BMKG dan pemerintah daerah akan selalu memperbarui informasi yang berkaitan dengan perkembangan cuaca dan kondisi maritim.

Berita tentang potensi gempa berkekuatan 8,8 Skala Richter yang diikuti tsunami setinggi 20 meter di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya pantai selatan Cilacap telah meresahkan masyarakat sehingga sejumlah warga mengungsi karena khawatir bencana tersebut benar-benar terjadi.

Berita tersebut sebenarnya merupakan kajian yang disampaikan oleh Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko dalam suatu acara yang diselenggarakan oleh BPBD DIY dan BMKG di Yogyakarta pada tanggal 17 Juli 2019.

Dalam hal ini, Widjo Kongko memprakirakan gempa megathrust dengan magnitudo 8,8 berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa dan bisa menyebabkan timbulnya gelombang tsunami dengan ketinggian 20 meter di sepanjang pantai tersebut.

Baca juga: Tim ekspedisi destana tsunami akan sisir pantai Blitar selatan
Baca juga: Peneliti tsunami KKP usulkan perluasan sempadan ke arah laut

"Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8," katanya.

Menurut dia, gempa dengan magnitudo cukup besar tersebut juga berpotensi menyebabkan munculnya gelombang tsunami. Berdasarkan permodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer.

Berdasarkan catatan ANTARA, kajian tersebut pernah disampaikan Widjo Kongko saat sosialisasi hasil riset pemetaan bahaya tsunami di Kabupaten Cilacap yang digelar oleh BPBD setempat pada tanggal 11 Agustus 2019.

Riset tersebut dimotori oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deutsches Zentrum fur Luft-und Raumfahrt (DLR), dan United Nations University (UNU) dalam kerangka GITEWS (German-Indonesia Tsunami Early Warning System).

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019