Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya pembeli di sentra buku Pasar Kenari, Salemba, Jakarta Pusat.

"Ramainya pembeli hanya pada sepekan awal setelah tempat ini dibuka Gubernur Anis Baswedan pada akhir April 2019 ," kata salah satu pedagang buku, Labora Sitorus di Jakarta, Senin.

Setelah itu, kata dia, jumlah pengunjung semakin menurun hingga saat ini atau hampir tiga bulan sentra buku yang sebagian besar berasal dari sentra buku Pasar Senen dan Kwitang, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, pada 29 April 2019 meresmikan sentra buku baru di lantai tiga Pasar Kenari sekaligus membuka toko buku murah, yakni Jakbook.

Selain Jakbook, sebanyak 65 kios buku di lantai tiga dengan dilengkapi beragam fasilitas, seperti ruangan berpendingin udara, tempat membaca baik lesehan dengan rumput imitasi maupun meja serta kursi, pujasera makanan, bank, ruang laktasi, hingga fasilitas pendidikan anak usia dini (PAUD).

Berdasarkan pantauan ANTARA, semua fasilitas tersebut berfungsi dengan baik. Suasana nyaman dan bersih karena tenaga kebersihan selalu bersiaga.

Namun, dari banyak kios yang tutup.

Menurut Labora Sitorus, sejak pekan kedua sentra buku di Pasar Kenari ini dibuka, banyak pedagang yang menutup kiosnya dan memilih berjualan di kios maupun lapak lama mereka di Pasar Senen.

"Di sana penjualannya lebih menjanjikan. Saya pun masih membuka satu lapak di Pasar Senen dengan hasil penjualan yang lebih bagus dibandingkan di Pasar Kenari ini," kata Sitorus yang sudah sejak 2013 berjualan buku di Pasar Senen.

Sitorus membandingkan, untuk penjualan "offline" di Pasar Kenari hanya mencapai rata-rata sepuluh buku per hari, sedangkan di Pasar Senen bisa mencapai 40 buku per hari.

Senada dengan Sitorus, seorang pedagang lainnya, Indah Suciati mengaku ramainya penjualan di Pasar Kenari berlangsung pada sebulan pertama.

"Setelah itu berangsur sepi. Untuk mencapai penjualan Rp100 ribu per hari susahnya bukan main," kata pemilik kios buku di Pasar Senen.

Padahal, lanjut dia, di kiosnya yang lama di Pasar Senen, penjualan rata-rata per hari bisa mencapai Rp300.000.

Menurut dia, promosi yang kurang gencar membuat sentra buku di Pasar Kenari ini sekarang sepi pembeli.

"Pada awal-awal dibuka saja promosinya gencar. Bahkan, saya pernah lihat ada ada promosi dengan mobil iklan di kawasan Tugu Monas," kata Indah.

Sekarang, lanjut Indah, dia sudah tidak pernah melihat promosi tentang sentra buku Pasar Kenari lagi.

Sepakat dengan Indah, seorang pedagang lainnya, Naomi Peda berharap pemerintah terus gencar mempromosikan sentra buku Pasar Kenari tempat dia berjualan.

"Jangan sampai karena semakin sepi, semua pedagang pindah dari tempat ini. Saking sepinya, untuk dapat terjual satu buku saja saya kesulitan," kata pedagang yang khusus berjualan buku bekas.

Padahal, lanjut dia, fasilitas yang ada di lantai tiga Pasar Kenari ini sangat lengkap dan nyaman.

"Jangan sampai fasilitas yang bagus di Pasar Kenari ini tidak dinikmati masyarakat karena promosi yang kurang gencar," kata wanita perantau asal Sumba, Nusa Tenggara Timur itu.

Pewarta: Aditya Pradana Putra
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019