Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menambah tiga profesor riset setelah pengukuhan dilakukan kepada dua peneliti konservasi keanekaragaman hayati dan satu peneliti ekonomi sosial kehutanan.

Pengukuhan dilakukan Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset Prof. Ris. Dr. Pratiwi kepada Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si., Dr. Ir. Sri Suharti, M.Sc dan Dr. Ir. Raden Garsetiasih, M.P. di Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin.

Total profesor riset yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kini menjadi 24 orang dari 472 peneliti kementerian, sedangkan total profesor riset Indonesia menjadi 522 dari total 8.709 peneliti Indonesia, kata Prof Pratiwi.

Hendra Gunawan pertama kali melakukan penelitian macan tutul jawa tahun 1986 untuk skripsi S1 yang dilanjutkan dengan penelitian macan tutul jawa pada 2009-2010 untuk disertasi Doktoral dan terus melakukan penelitian satwa ini hingga tahun 2018.

Sebanyak 127 karya tulis ilmiah (KTI) diterbitkan diantaranya adalah 28 buku, 71 karya tulis populer dan tidak diterbitkan, 16 Hak Kekayaan Intelektual (Hak cipta buku), penghargaan MURI untuk Kurikulum dan buku-buku Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove yang disusun bersama Tim, serta penghargaan Lencana Karya Satya 10 tahun dan 20 tahun dari Presiden RI.

Sedangkan Sri Suharti terlibat mengelola delapan jurnal ilmiah, menghasilkan 79 karya tulis yang 25 di antaranya berbahasa Inggris dan 54 lainnya berbahasa Indonesia, serta memperoleh tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya 10 tahun dan 20 tahun dari Presiden RI.

Sementara Raden Garsetiasih merupakan peneliti ahli utama sejak September 2018, memiliki 74 karya tulis yang lima di antaranya berbahasa Inggris dan 69 berbahasa Indonesia, serta penerima penghargaan Satyalancana Karya Satya 10 dan 20 tahun dari Presiden RI.

Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono mengatakan dengan pengukuhan ini maka KLHK memiliki 24 profesor riset, yang aktif 13 orang sementara sisanya sudah pensiun.

“Saya harap dalam waktu dekat lahir profesor lagi dengan kepakaran lingkungan hidup dan kehutanan berkelas internasional,” ujar dia.

Ia mengatakan penelitian dan pengembangan penting untuk memajukan umat manusia dan menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa, tidak terkecuali untuk bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Terobosan di bidang ini perlu untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Publikasi ilmiah Indonesia pada 2017 ada di urutan ketiga di Asia Tenggara yakni 11.865, ada di bawah Malaysia dan Singapura. Namun dengan usaha bersama publikasi ilmiah di 2018 meningkat lebih dari 18.000 dan menempati posisi dua di kawasan.

Pada 2019, Indonesia menargetkan peringkat pertama di Asia Tenggara. Sejalan dengan target itu Badan Penelitian dan Pengembangan KLHK juga memiliki tugas untuk mendukung pemenuhan target tersebut.

***3***

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019