Indonesia memiliki jalur laut sendiri yang dikenal sebagai jalur rempah
Jakarta (ANTARA) - Buku "Maluku: Staging Point RI Abad 21" karya politisi PDI Perjuangan dan putra Maluku Komarudin Watubun dinilai dapat membuka sejarah kejayaan Maluku pada delapan abad lalu dan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan jalur laut Indonesia.

Komarudin Watubun mengatakan hal itu saat mempresentasikan isi buku karyanya pada seminar Internasional bertajuk, "Spice Trade that Connected the East and West", di Jakarta, Senin.

Seminar itu dihadiri oleh Delegasi Global Network of Magellan Cities (GNMC) dari 20 negara, meliputi korps diplomatik, wakil kementerian, lembaga terkait, akademisi dan media.

Baca juga: BirdLife deteksi jalur migrasi dara laut di Seram Utara

Komarudin dalam presentasinya menjelaskan, bahwa visi misi Presiden Joko Widodo pada pemilu presiden 2014, salah satunya adalah ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan mengaktifkan jalur laut yang sudah terbentuk sebelumnya yakni jalur sutera.

"Indonesia memiliki jalur laut sendiri yang dikenal sebagai jalur rempah," katanya.

Anggota Komisi II DPR RI ini menjelaskan, Provinsi Maluku, termasuk Tidore, memiliki nilai sejarah serta menjadi kawasan strategis pada tataran global maupun kawasan Asia selama lebih dari 800 tahun, yang kemudian memengaruhi dan menentukan daya saing Indonesia.

"Tidore terpilih masuk dalam jaringan kota-kota Magellan sebagai salah satu kota yang disinggahi Ferdinand Magellan dan Juan Bastian Calcutta, saat mengelilingi dunia untuk mencari rempah. Ini menunjukkan bukti kebesaran wilayah Maluku," katanya.

Baca juga: Menelusuri cengkih Afo mengingat jejak rempah

Menurut dia, rempah-rempah dari Maluku, terutama, lada, pala, kapulaga, kunyit, jahe, cendana, cengkih, dan sejenisnya, memiliki nilai dan manfaat lebih dari hanya nilai ekonomis, budaya, gastro, herbal, dan obat.

"Rempah-rempah juga memiliki nilai spiritual, yakni tanda kehidupan, karya cipta dan berkah Allah untuk kehidupan di bumi yang harus dirawat atau dibudidayakan, bahkan jauh sebelum itu," katanya.

Pria kelahiran Tual, Maluku, ini menjelaskan, pada abad ke-14 masehi, saudagar India, Arab, Persia, dan Mediteranian Timur, merahasiakan zona rempah di Maluku yang kualitasnya terbaik.

Baca juga: Maluku Utara tuan rumah lokakarya Dewan Rempah Indonesia

"Jazirat-al-mulk yang terdiri lima pulau: Ternate, Tidore, Mare, Mutir, dan Makian, menjadi pintu asal muasal nama Maluku atau tanah para raja. Pada abad ke-16 masehi, musafir asal Portugal menyebut Mulk sebagai Moluco atau Moluccas,” jelasnya

Komarudin menambahkan, peringatan 500 tahun navigasi Ferdinand Magellan mengelilingi bumi adalah perayaan menelusuri nilai kehidupan, karya, dan berkah Allah di bumi melalui tanda alam yakni rempah kualitas terbaik di zona Jazirat-al-mulk meliputi, Ternate, Tidore, Mare, Makian, dan Mutir, di Maluku abad ke-15-16 masehi.





 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019