Harus ada afirmatif dari pemerintah meningkatkan konsumsi dari barang lokal.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Maxensius Tri Sambodo, mengatakan perlunya mendorong kebijakan agar industri di Indonesia mengurangi penggunaan barang impor bahan baku dengan memperbanyak penggunaan barang lokal.

Maxensius Tri Sambodo di Jakarta, Senin, menyatakan, komposisi impor pada tahun 2018 menunjukkan impor barang bahan baku masih tinggi mencapai 75 persen, disusul barang modal sebesar 16 persen dan barang konsumsi sembilan persen.

Menurut Maxensius, kegiatan impor sebenarnya juga penting jika dilakukan untuk memenuhi dua hal yaitu kebutuhan domestik dan mendukung kegiatan ekspor nasional.

"Kalau harus impor serat untuk membuat industri tekstil, kemudian harus bisa dijual lagi ke ekspor. Untuk kebutuhan domestik misalnya karena memang barang bakunya tidak ada, maka impor," ujar dia.

Maxensius mengatakan yang mesti dikurangi itu, impor untuk konsumsi lokal sehingga negara tidak mendapat menambah devisa.

Ia mengingatkan bahwa memang konstelasi perdagangan tidak bisa direkayasa, namun perlu untuk mensubstitusikan barang impor dengan produk lokal.

"Bisa kita upayakan kalau pemerintah mengondisikan barang barang dalam negeri. Harus ada afirmatif dari pemerintah meningkatkan konsumsi dari barang lokal," ujar Maxensius.

Menurut Maxersius, tantangannya adalah bagaimana kualitas dan harga barang lokal bisa bersaing mengikuti selera pasar. "Itu yang perlu didorong pemerintah," ucapnya.

Menurut dia, ada industri lokal di beberapa daerah sudah mengkondisikan bahan baku dari barang lokal. "Dan yang paling kita harapkan, bisa ekspor ke luar," katanya.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019