Palu (ANTARA) - Wali Kota Palu Hidayat meminta masyarakat agar menghentikan hujatan, celaan dan hinaan yang dialamatkan kepadanya terkait penyelenggaraan Festival Pesona Palu Nomoni yang dinilai sarat dengan ritual mistis yang kemudian diyakini menjadi penyebab bencana gempa, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 silam itu.

"Kita berdoa ada kesejukan. Kita lihat di medsos (media sosial) saling menghina dan menghujat. Semoga usai bulan puasa ini, itu sudah hilang," kata Wali Kota Palu dalam acara halal bil halal dan doa bersama anak yatim di Taman Gelanggang Olahraga (GOR) Palu, Minggu malam.

Menurutnya hujatan, celaan dan hinaan yang dilontarkan tidak akan menyelesaikan permasalahan yang timbul pasca bencana yang terjadi di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu.

Apalagi Kota Palu saat ini sudah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sehingga dibutuhkan partisipasi dari seluruh pihak termasuk masyarakat untuk membantu pemulihan di wilayah terdampak bencana.

"Jangan sampai terjadi perpecahan di antara kita. Apakah dengan mencaci, memaki dan membenci permasalahan ini bisa selesai? Tidak. Harusnya kita bersatu dan saling membantu," ucapnya.

Dalam kesempatan itu ia juga mengklarifikasi video yang telah tersebar luas baik di dalam dan luar negeri yang isi dari video tersebut memperlihatkan ritual mistis yang disebut terjadi di Palu pada saat kegiatan Festival Pesona Palu Nomoni.

"Seakan-akan ritual dalam video itu terjadi di Palu. Tidak ada itu kegiatan menyembelih kerbau dan dibuang di laut, meminum darah, ritual menusuk kambing. Ada lima media pemberitaan televisi di dunia mewawancarai saya dan saya klarifikasi jika itu tidak benar," ujarnya.

Ia berharap klarifikasi yang telah ia sampaikan dapat tersebar dan stigma negatif terhadap dirinya dan Pemerintah Kota Palu dapat berangsur-angsur hilang.*


Baca juga: ACT bangun MTs Nurul Hasana pulihkan pendidikan pascabencana Sulteng

Baca juga: 1.659 rumah di Palu terkena garis patahan

Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019