Transjakarta juga terhubung dengan MRT dan KRL. Jadi kalau dari depan rumah sudah tersedia transportasi publik yang terintegrasi, maka ini akan menarik minat warga untuk beralih, ujarnya
Jakarta (ANTARA) - Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyebutkan memasuki umur DKI Jakarta yang ke 492 tahun ini ternyata baru tujuh persen dari total mikrolet yang sudah terintegrasi dengan Transjakarta.

"Dari total 12 ribu unit, baru sebanyak 800 mikrolet yang teritegrasi, kalau kita berbicara upaya menekan kemacetan, tentu angka ini cukup kecil," kata Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan di Jakarta, Selasa.

Integrasi yang baik antar angkutan darat, kata dia, menjadi syarat penting guna menarik minat masyarakat agar mau beralih menggunakan transportasi umum.

Transportasi yang ada di DKI Jakarta ini sebenarnya sudah cukup lengkap, mulai dari mikrolet, busway Transjakarta, kereta rel listrik (KRL), sampai moda raya terpadu (MRT).

Bahkan tak lama lagi kereta api ringan atau "light rail transit" (LRT) juga akan ikut bergabung dalam jajaran moda transportasi publik DKI.

Sayangnya, lanjut Shafruhan, integrasi dari setiap jenis transportasi publik yang telah tersedia itu masih belum optimal.

Idealnya, mikrolet dirotasi jalur trayeknya menjadi angkutan pengumpul yang masuk ke lingkungan pemukiman warga, dengan tujuan akhir di koridor-koridor Transjakarta.

"Transjakarta juga terhubung dengan MRT dan KRL. Jadi kalau dari depan rumah sudah tersedia transportasi publik yang terintegrasi, maka ini akan menarik minat warga untuk beralih," ujarnya.

Baca juga: Transjakarta akan tambah lima rute baru tiap bulan
Baca juga: Ramaikan HUT DKI, ragam bus hias TransJakarta akan pawai di Jakarnaval

 

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019