Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, hingga Minggu petang belum menerima laporan terkait dengan dampak atau kerusakan akibat gempa berkekuatan 5,7 skala Richter yang terjadi pada pukul 16.32 WIB.

"Hingga saat ini (pukul 17.30 WIB, red.) belum ada laporan terkait dengan kerusakan akibat gempa. Namun, kami terus memantau setiap kecamatan. Sampai saat ini, belum ada satu pun laporan yang masuk," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy.

Gempa berkekuatan 5,7 SR yang terjadi pada hari Minggu (9/6) pukul 16.32 WIB, kata dia, mengejutkan warga Cilacap karena setelah lebih dari 1 tahun tidak merasakan guncangan gempa yang cukup besar.

Menurut dia, guncangan gempa yang cukup besar dirasakan warga Cilacap terakhir terjadi pada tahun 2017.

"Apalagi, saat terjadi gempa tadi masih banyak warga yang berkunjung ke Pantai Teluk Penyu sehingga kejadian tersebut sangat mengejutkan mereka. Beberapa waktu lalu memang sempat terjadi gempa di selatan Jawa. Namun, guncangan tidak sebesar gempa tadi," katanya.

Ia mengharapkan gempa tersebut tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan karena kekuatannya di bawah 6 SR.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa gempa yang terjadi pada hari Minggu (9/6) pukul 16.32 WIB dengan pusat gempa di koordinat 8,51 lintang selatan dan 108,86 bujur timur atau 88 kilometer barat daya Cilacap dan kedalaman 10 kilometer itu berkekuatan 5,7 SR serta tidak berpotensi tsunami.

Setelah pemutakhiran oleh BMKG, kekuatan gempa tersebut menjadi 5,5 SR yang berpusat pada koordinat 8,68 lintang selatan dan 108,82 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 107 kilometer arah selatan kota Cilacap dengan kedalaman 64 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrum, kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, tampak bahwa gempa berkedalaman menengah tersebut diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar naik (thrust fault)," katanya.

Ia mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019