Banjarmasin (ANTARA) - "Pulau Emas" sebuah objek wisata baru di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, ramai pengunjung pada H+4 hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah.

Pantauan Antara Kalsel di Banjarmasin, Ahad, objek wisata Pulau Emas Desa Haliau, Kecamatan Batu Benawa, HST tersebut sejak hari H Idul Fitri hingga kini atau H+4 ramai pengunjung.

Pengunjung objek wisata Pulau Emas yang baru ada dan terkenal tahun 2019, bukan saja penduduk "Bumi Murakata" HST, melainkan pula dari daerah tetangga, seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Balangan, Kalsel.

"Memang objek wisata Pulau Emas (sekitar sembilan kilometer dari Barabai, Ibu kota HST) itu pembangunnya selesai menjelang Idul Fitri," ujar Husnul, warga Batu Benawa tersebut.

"Jadi kalau di Tenggarong, Kalimantan Timur ada objek wisata 'Pulau Kumala', maka di tempat kita Pulau Emas," tutur putri tunggal dari Abdussahid/mantan Kepala Desa Aluan Mati, Kecamatan Batu Benawa tersebut.

Namun, lanjut lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2019 itu, nuansa antara Pulau Kumala Tenggarong, Kaltim berbeda dengan Pulau Emas HST, Kalsel, kendati sama-sama berada dalam aliran sungai.

"Kalau Pulau Kumala berada di aliran Sungai Mahakam Kaltim, dan Pulau Emas di aliran Kali Benawa atau Sungai Barabai HST," tutur putri remaja tersebut yang mengaku belum pernah melihat langsung objek wisata Pulau Kumala itu, kecuali melalui televisi.

"Untuk masuk kawasan objek wisata Pulau Emas itu pengunjung cukup membayar Rp5.000/orang bisa sepuasnya berfoto dan berekreasi baik pribadi sendiri maupun dengan keluarga," demikian Husnul yang bersama tantenya Maulida baru mengunjungi objek wisata alam tersebut.

Selain Pulau Emas, di Desa Haliau Kecamatan Batu Benawa itu juga terdapat objek wisata alam Riam Bajandik, Goa Limbuhang dan Baruh Bunga (tempat outbond), yang letaknya tidak jauh dari Taman Rekreasi Pagat/Gunung Batu Benawa dan masih dalam satu wilayah kecamatan.

Tetapi objek wisata Gunung Batu Benawa yang mengandung dongeng "Siang Insun dengan putranya Raden Pengantin" yang terkenal sejak 1950-an dan kini berada dalam kelola Dinas Pariwisata HST beberapa tahun belakangan kurang terbina.

Pewarta: Sukarli
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019