Pembuangan pembalut, ada yang dibungkus lalu dibuang ke tempat sampah, ada yang dikubur, dibakar dan parahnya ada yang dibuang ke sungai,
Jakarta (ANTARA) - Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) menekankan sekolah-sekolah di Indonesia harus menyediakan dan meningkatkan fasilitas kebersihan menstruasi.

"Di sekolah juga fasilitas kebersihan menstruasi masih memprihatinkan dan tidak ramah perempuan," kata Ketua Pelaksana Harian Jejaring AMPL Laisa Wahanudin dalam acara Hari Kebersihan Menstruasi Dunia, Jakarta, Selasa.

Menurut hasil studi Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) yang dilakukan Yayasan Plan Internasional Indonesia, studi manajemen kesehatan menstruasi (MKM) juga mengungkapkan 33 persen sekolah tidak memiliki toilet yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Sekolah juga belum sepenuhnya sigap untuk menyediakan fasilitas yang baik bagi para siswi yang sudah menstruasi.

Fakta di lapangan siswi yang sedang menstruasi, mengganti pembalut tiga kali dalam sehari, dan 21 persen siswi mengganti pembalut di sekolah. Sebagian mencuci tangan tanpa sabun sebelum membersihkan area kewanitaannya. Namun semua cuci tangan pakai sabun setelahnya.

Pembuangan pembalut, ada yang dibungkus lalu dibuang ke tempat sampah, ada yang dikubur, dibakar dan parahnya ada yang dibuang ke sungai.

Laisa menjelaskan ada satu dari dua sekolah yang tidak memiliki jamban yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Padahal Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah terkait fasilitas sanitasi sekolah, rasio untuk satu jamban harusnya maksimal dipakai oleh 25 siswa putri, dan satu jamban digunakan maksimal 40 siswa putra. Rasio ideal toilet sekolah masih jauh dari terwujud.

Silvia Devina dari WASH dan Early Childhood Development Advisor, Plan International Indonesia, mengatakan ketersediaan fasilitas sanitasi akan mempengaruhi kemampuan siswi melakukan manajemen kebersihan menstruasi di sekolah.

"Anak-anak menjadi enggan ganti pembalut di sekolah, akhirnya delapan jam memakai pembalut yang sama dan gantinya di rumah karena tidak nyaman di sekolah dia memilih pulang dulu baru ganti pembalut," ujarnya.

Dia berharap ketersediaan fasilitas untuk mendorong kebersihan menstruasi harus ditingkatkan di sekolah-sekolah agar anak-anak perempuan nyaman mengganti pembalut di sekolah, sehingga tidak harus mengganti di rumah seusai pulang sekolah, karena untuk keperluan menjaga kebersihan.
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019