ditargetkan acara tersebut dapat menarik sekitar 15 ribu penonton
Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta Jawa Tengah akan menggelar opera kolosal berjudul "Sinta Obong" untuk memeriahkan Lebaran 2019 tepatnya pada tanggal 7, 8, dan 9 Juni 2019.

"Ini salah satu cara kami untuk melestarikan seni dan budaya Bangsa Indonesia," kata Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo di Solo, Senin.

Ia mengatakan kegiatan yang dikemas dalam acara "Bakdan Neng Sala Nonton Opera Ramayana dan Bazar 2019" tersebut akan diselenggarakan selama tiga hari di Benteng Vastenburg mulai dari pukul 17.00 WIB hingga selesai.

"Kenapa gratis terus, karena tujuan kami adalah memberikan hiburan kepada pemudik yang sudah lama tidak pernah nonton wayang orang. Dengan demikian harapannya makin lama generasi muda mencintai keseniannya sendiri," katanya.

Ia juga berharap ke depan akan ada payung hukum, yaitu siapapun Wali Kota yang menjabat, acara tersebut dapat terus terealisasi. Pihaknya menargetkan acara tersebut dapat menarik sekitar 15 ribu penonton.

Pada kesempatan yang sama, Komposer opera Dedek Wahyudi mengatakan yang membedakan pertunjukan kali ini dengan tahun lalu yaitu untuk tahun ini musik dan naskah dibuat berbeda.

"Untuk musik akan lebih luar biasa daripada yang kemarin-kemarin. Kali ini kami tunjukkan kepada masyarakat bahwa gamelan punya kekuatan luar biasa untuk digarap dan digali," katanya.

Ia mengatakan jika digarap secara maksimal, gamelan tidak kalah dengan musik yang lain, terutama jika menyentuh kalangan milenial.

"Akan ada perpaduan orkestra barat dengan gamelan, warna semacam ini tidak mungkin dilakukan oleh orang luar yang punya dasar gamelan. Itu yang membedakan dari yang lalu," katanya.

Sementara itu, penulis naskah Blacius Subono mengatakan pada cerita tersebut setiap lakon akan digarap secara maksimal, di antaranya Kumbokarno, Rama, Rahwana, dan Sinta.

"Akan ada penajaman garapan dalam mengolah setiap tokohnya. Seperti contohnya, Rahwana punya kesetiaan yang bukan hanya berbentuk cinta antara pria dan wanita tetapi cinta yang dikorbankan sebagai bentuk kesetiaannya kepada bangsa," katanya.

Selain itu, dikatakannya, pertunjukan yang melibatkan sekitar 150 seniman tersebut tidak mengupas mengenai tokoh antagonis dan protagonis tetapi antara tokoh yang punya ambisi dan yang tidak.

"Seperti Rahwana yang meyakini apa yang diperbuat. Ini semua akan kami garap dengan maksimal," katanya.* 



Baca juga: Opera Saidjah-Adinda: Kisah kasih jelata era kolonial
Baca juga: Ratusan mahasiswa perankan Opera Pertempuran Lima Hari Semarang

 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019