Jakarta (ANTARA) - Kesiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi titik krusial dalam proses transformasi suatu perusahaan karena jika tidak dikelola dengan baik maka transformasi bisa gagal atau berbalik arah.

Direktur Umum dan SDM BPJS Ketenagakerjaan Naufal Mahfudz di ajang Indonesia Human Capital Award yang dilaksanakan di Jakarta, Kamis, mengatakan BPJS Ketenagakerjaan beruntung bisa melalui proses itu dengan baik dan mulus, tanpa gejolak dan siap menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Dijelaskannya, BPJS-TK secara organisasi mengalami beberapa kali transformasi, dari PT Astek (Asuransi Ketenagakerjaan), lalu berubah menjadi PT Jamsostek kemudian menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Saat masih PT Astek, perusahaan dikelola dengan pola asuransi, sementara perlindungan yang diberikan adalah jaminan sosial yang berbeda dengan asuransi. Sementara, ketika berubah jadi PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), meski sudah melaksanakan program jaminan sosial secara penuh, tetapi bentuk organisasi masih PT Persero yang orientasinya pada profit (laba).

PT Jamsostek sebagaimana amanah UU lalu berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan yang sepenuhnya nirlaba dan tantangannya penuh pada peningkatan kepesertaan dan kualitas pelayanan.

"Mengubah kultur menjadi pelayan atau melayani itu yang menjadi tantangan tersendiri. Sejumlah proses pelatihan disiapkan, begitu juga dengan infrastruktur dan teknologi digital. Alhamdulilllah, kami bisa melewati semua," ujar Naufal yang menerima The Best of The Best Human Capital for Government Company dari Indonesia Human Capital Award yang diselenggarakan oleh Economic Review.

Dia menyebutkan karyawan badan publik itu sekitar 6000 dan 5000 diantaranya berada di daerah karena kekuatan pelayanan memang ada di kantor wilayah dan cabang di daerah.

Menyinggung tentang pemanfaatan teknologi digital, Naufal mengatakan pihaknya juga memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan melalui aplikasi BPJSTKU yang bisa digunakan untuk mendaftar atau mengajukan klaim jaminan sosial.

"Melalui aplikasi tersebut, pekerja dan atau perusahaan bisa mendaftar kapan saja, dimana saja, tanpa terikat waktu dan tempat. Aplikasi itu juga bisa menerima laporan dari pekerja jika perusahaan mendaftarkan sebagian upah atau tenaga kerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan," ujar Naufal.

Memaksimalkan teknologi, menjadi pertumbuhan karyawan belakangan ini menjadi nol (zero). "Karena itu pula perekrutan tahun ini hanya 250 karyawan, sementara sebelumnya 700 dan 600 karyawan baru," ujar Naufal.

Ketika ditanya kesannya memperoleh penghargaan, dia mengatakan ini penghargaan yang keempat dari lembaga yang sama. Sebelumnya berturut-turut BPJS-TK memperolehnya pada 2016, 2017, 2018 dan kini 2019. "Ini hasil kerja keras karyawan dan kepercayaan dari luar yang akan terus dipertahankan di tahun-tahun mendatang."*

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019