Jakarta (ANTARA) - Humas Badan Wakaf Indonesia (BWI) Susono Yusuf menyebutkan pengetahuan masyarakat mengenai wakaf masih rendah hanya terbatas harta tidak bergerak seperti tanah.

"Masyarakat lebih banyak tahunya wakaf itu harta tidak bergerak seperti tanah yang kemudian diwakafkan untuk dibangun masjid, mushalla atau lembaga pendidikan atau Iahan pemakaman," kata Susono yang biasa dipanggil Sony pada acara Media Gathering dan Bincang Wakaf Produktif di Jakarta, Selasa.

Padahal, kata dia, saat ini wakaf sudah sangat luas jangkauannya mulai dari uang, saham, deposito, asuransi bahkan hak properti juga bisa diwakafkan.

Secara sederhana, lanjut dia, wakaf itu seperti memelihara ayam. Ayam sebagai induk wakaf harus terus dipelihara tidak boleh dijual apalagi disembelih.

Ayam, kata Sony, harus dipelihara hingga bertelur. Telur itulah yang bisa diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya (mauquf alaih).

Dia mengatakan potensi wakaf di Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di dunia sangat besar.

"Masyarakat kita berwakaf uang, katakanlah Rp10 ribu per orang maka wakaf uang yang terkumpul bisa mencapai Rp2 triliun dalam sebulan. Kalau rutin tiap bulan dalam setahun bisa mencapai Rp24 triliun," kata dia.

Kendati demikian, dia mengatakan kemampuan masyarakat dalam berwakaf sejatinya jauh lebih besar dari itu.

"Rp50 ribu, Rp100 ribu, sekarang bukan uang besar. Saya bayangkan, kalau potensi itu jadi kekuatan riil, wakaf kita bisa ratusan triliun. ltu bisa jadi kekuatan ekonomi nasional yang luar biasa," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019