Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan investasi di bidang manufaktur dapat meningkatkan penghasilan masyarakat dibandingkan dengan bekerja di bidang pertanian.

"Suatu negara maju, disamping pertanian dengan usaha baik, perlu juga menarik investasi dalam bidang 'manufacturing', karena hanyalah investasi di bidang 'manufacturing' yang dapat menambah penghasilan masyarakat," kata Wapres saat memberikan pengarahan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019 di sebuah hotel di Jakarta, Kamis.

Menurut penghitungannya, saat ini rata-rata petani di Pulau Jawa memiliki sepertiga hektare lahan sawah yang dapat menghasilkan sekitar 3 ton gabah. Apabila satu ton gabah senilai Rp4 juta, maka pendapatan kotor petani dengan sepertiga hektare lahan itu sekitar Rp12 juta dalam satu kali panen.

"Berarti Rp1 juta per bulan. Kalau (satu keluarga) hidup empat orang, maka pendapatannya di bawah garis kemiskinan," katanya.

Sementara itu, lanjut Wapres, apabila dibandingkan dengan bekerja di industri manufaktur, maka pendapatan paling kecil yang diperoleh satu orang pekerja saat ini adalah Rp4 juta per bulan.

Pendapatan masyarakat yang bekerja di bidang manufaktur akan terus mengalami peningkatan, setidaknya pada delapan tahun yang akan datang upah minimum regional bisa mencapai Rp10 juta per bulan.

"Kami sudah hitung bahwa delapan atau tujuh tahun dari sekarang, pendapatan industri kurang lebih Rp10 juta per bulan. Kalau di satu keluarga ada tiga orang bekerja di industri dengan gaji UMR, maka berpenghasilan Rp30 juta," ujarnya.

Oleh karena itu, Wapres mendorong adanya upaya untuk mengembangkan pertanian di daerah agar dapat menghasilkan produk pertanian yang memiliki nilai jual tinggi dengan memanfaatkan teknologi dan industri.

"Apabila ingin mengembangkan pertanian di daerah, disamping menjaga sawah yang ada, juga mengembangkan hasil-hasil pertanian yang lebih berharga; apakah itu kopi, cokelat, kacang mede, dan sebagainya. Hanya itu yang dapat meningkatkan pendapatan di daerah," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019