Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah Prof Dr H Zainal Abidin MAg menilai bulan suci Ramadhan mengajarkan untuk saling tolong menolong, menghibur orang yang sedang berduka karena tertimpa musibah/bencana atau lainnya, sekaligus sebagai obat rindu di kala dalam suasana duka.

"Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk menghibur hati, bersihkan hati dengan perbanyak amalan zikir dan doa serta ibadah, serta bulan Ramadhan dapat dijadikan sebagai ladang amal untuk bantu dan peduli terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan saudaranya karena tertimpa musibah," kata dia, di Palu, Sabtu.

Prof Zainal mengatakan, dengan berzikir dan mengingat Allah hati dapat menjadi tenang. Pernyataan ini mengutip Firman Allah dalam Surah Ar-Ro’d ayat 28 yang berbunyi 'Hanya dengan mengingat-Ku hati akan menjadi tenang'.

Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu mengutarakan dengan zikir dan mengingat Allah, artinya seorang hamba sedang berusaha untuk mendekat dengan Sang Pencipta. Berusaha untuk pasrah dan menyerahkan segala urusan dan kebutuhannya serta problem dan tantangan dihadapi, diserahkannya kepada Allah sebagai pengatur kehidupan.

Puasa, kata dia, sesungguhnya adalah belajar untuk membersihkan hati dari sifat dengki, iri hati, mau menang sendiri atau egois serta sifat-sifat buruk lainnya.

Bahkan, bulan Ramadhan dapat dijadikan sebagai ladang amal untuk membantu dan peduli terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan saudaranya. Itulah ujian bagi orang beriman, dimana ketika orang lain tertimpa musibah harus dibantu.

"Orang yang berduka karena tertimpa musibah atau lainnya, juga menjadi ujian bagi orang beriman, apa dia peduli terhadap orang di sekelilingnya ?, puasa mengajarkan kepedulian itu," ujar dia.

Ia mengemukakan boleh jadi bencana yang terjadi merupakan ujian bukan hanya buat mereka yang tertimpa, tetapi ujian bagi mereka yang tidak tertimpa musibah.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah ini mengimbau kepada masyarakat utamanya umat Islam bahwa yakinlah bahwa sang pencipta akan memberikan apa yang kita butuhkan.

Pernyataan ini sesuai dengan Firman Allah dalam Quran Surah Al-Mukmin Ayat 60 yang berbunyi “Berdoalah (mintalah) kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu”.

"Bulan Ramadhan yang dimuliakan oleh Allah SWT, dapat menjadi salah satu kesempatan untuk meminta kepada Allah, manfaatkanlah kesempatan ini," ujar dia.

Dirinya mengetahui persis psikologi umat Islam yang terdampak bencana, yang mau atau tidak mau, akan menjalani puasa di lokasi-lokasi pengungsian. Namun, kata dia, bergembiralah menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

"Jangan terus-terusan bersedih, dan jangan berlebihan bersedih. Sebab, kita hidup di dunia milik Allah. Segala sesuatu yang terjadi tidak terlepas dari ketentuan Allah," sebut Guru Besar Pemikiran Islam Modern Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu itu.

Bencana yang terjadi dan kehidupan pascabencana yang di jalani oleh umat Islam di pengungsian, menurut Rois Syuria Nahdlatul Ulama Sulteng ini bahwa, tidak mungkin di luar dari kesanggupan setiap manusia. Sebab, Allah memberikan ujian berupa bencana kepada manusia sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya.
 

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019