Malang (ANTARA) - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD mengajak masyarakat untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan beradab dalam rangka menyongsong "Indonesia Emas" 2045.

"Cita-cita ini akan bisa terwujud jika memenuhi sejumlah syarat, di antaranya ideologi bangsanya kokoh, ekonominya baik, hukum dan keadilan ditegakkan, politik yang demokratis, budaya gotong royong, serta mengedepankan persaudaraan," kata Mahfud MD dalam Dialog Kebangsaan di Aula Gedung Kuliah Bersama (GKB) IV Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Menurut Hakim Konstitusi periode 2008-2013 ini, terwujudnya Indonesia Emas juga disokong oleh sejumlah indikator lain, seperti pemanfaatan bonus demografi, bonus geografi, dan kesadaran hidup bernegara untuk terus bersatu.

"Kalau beberapa indikator ini terpelihara sampai tahun 2045, artinya ketika Indonesia di usianya 100 tahun, barulah Indonesia sudah bisa dikatakan emas," tuturnya.

Pertanyaannya, sambung Mahfud, apakah kita bisa sampai ke sana atau tidak. Hati-hati, Mahfud mewanti-wanti seluruh masyarakat, khususnya peserta dialog, banyak negara besar yang tidak sampai ke sana. Contohnya, Uni Soviet tidak sampai usia 100 tahun.

Padahal, lanjut Mahfud, Uni Soviet pernah berjaya luar biasa. Pernah menjadi negara menakutkan dunia karena kehebatannya, namun bubar hanya dalam kurun waktu 87 tahun.

Meski begitu, sambungnya, ada begitu banyak ancaman untuk cita-cita itu dapat terwujud, di antaranya intoleransi. "Oleh karena itu, kita berkumpul seperti ini untuk mengingatkan bahwa sekali kita terpecah, karena intoleransi, sekali kita terpecah karena tidak sadar pentingnya pluralisme, mungkin kita tidak akan sampai Indonesia Emas 2045. Dan itu akan mengakibatkan kita rugi," tegasnya.

Menurut perspektif Mahfud, mulai dari sekarang masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial, harus bekerja secara sungguh-sungguh untuk menegakkan hukum dan keadilan agar Indonesia Emas di tahun 2045 itu dapat terwujud.

Rumusnya, kata Mahfud, ketika masyarakat diperlakukan tidak adil, pasti diakibatkan oleh praktik disorientasi dalam bernegara. Kalau disorientasi dibiarkan, akan menimbulkan ketidakpercayaan (distrust) publik kepada pemerintah. Pada tingkatan berikutnya akan terjadi pembangkangan (disobedience).

"Jika pembangkangan ini terus dibiarkan, tidak segera ke orientasi awal, yang akan terjadi berikutnya disintegrasi. Disintegrasi ini akan terjadi jika suatu bangsa sudah tidak tahan lagi rakyatnya, karena diperlakukan tidak adil. Inilah yang menyebabkan negara hancur. Karena itu, untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 kita harus bagi-bagi tugas," katanya.

Ikhtiar berbagi peran ini, lanjutnya, khususnya di kalangan milenial, dalam rangka menyiapkan diri untuk membangun bangsa yang beradab. Jangan sampai negara kita hancur karena kita terpecah belah.

"Mari bersama-sama membangun bangsa Indonesia yang maju dan beradab dengan memanfaatkan segala kelebihan yang kita miliki agar Indonesia Emas di tahun 2045 dapat tercapai," kata Mahfud.

Pada kesempatan itu hadir pula beberapa tokoh sebagai pembicara, yakni Dr Alim Markus, Presiden Direktur PT Maspion, Dr Fauzan, Rektor UMM, Dr Siti Ruhaini Dzhuhayatin, dan Savic Ali.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019