para mahasiswa asing itu, termasuk dari program Darmasiswa yang dibiayai oleh pemerintah, juga wajib dkenalkan dengan beragam budaya di Tanah Air. Sebab, setelah kembali ke negara masing-masing, harapan kami mereka adalah duta-uta budaya dan bahasa
Malang (ANTARA) - Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo Malang mengajak puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara untuk belajar dan mengenal budaya Indonesia dengan lebih dekat, salah satunya di Yogyakarta, yang menjadi salah satu "kiblat" budaya Jawa.

Puluhan mahasiswa asing dari sejumlah negara itu menempuh pendidikan tinggi di IKIP Budi Utomo melalui dua program, yakni Darmasiswa dan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Bahkan, program Darmasiswa tersebut menjadi salah satu program prioritas nasional Biro PKLN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Pengenalan budaya Indonesia yang kali ini kami ajak ke Yogyakarta merupakan salah satu program 'outing class'. Kegiatan outing class bagi mahasiswa program Darmasiswa maupun BIPA ini sudah sering kami lakukan, namun kali ini kami kenalkan dengan budaya dan tradisi yang berkembang di Yogyakarta," kata Rektor IKIP Budi Utomo Malang Dr Nurholis Sunuyeko, Senin.

Menurut doktor sosiologi itu, para mahasiswa asing itu, termasuk dari program Darmasiswa yang dibiayai oleh pemerintah, juga wajib dikenalkan dengan beragam budaya di Tanah Air. Setelah kembali ke negara masing-masing, diharapankan mereka menjadi duta-uta budaya dan bahasa Indonesia," ucapnya.

Mereka (mahasiswa asing), lanjut Nurcholis, dikenalkan budaya dan tempat-tempat sejarah yang ada di Yogyakarta, sehingga yang lokasi yang dikunjungi adalah tempat-tempat yang bersentuhan dengan nilai-nilai luhur budaya dan tradisi bangsa Indonesia, seperti Keraton Yogyakarta dan Taman Sari.

Selain belajar dan mengenal tradisi maupun budaya Jawa (Yogyakarta), puluhan mahasiswa asing itu juga diajak melihat secara langsung bagaimana proses pembuatan perhiasan dan beragam souvenir dari bahan perak serta mengunjungi beberapa lokasi wisata lava, yakni Batu Alien, Museum Hartaku (jejak harta yang tersapu lahar Gunung Merapi ketika meletus).

Menanggapi pengenalan budaya dan tradisi Indonesia dengan setting lokasi di Yogyakarta selama tiga hari tersebut, mahasiswa Program Darmasiswa dari Afganistan Samim mengaku luar biasa. "Tidak hanya budaya dan makanan khas yang sangat enak, tournya juga sangat 'amazing'," ucap Samim.

Sementara itu, mahasiswa asal Italia yang kerap dipanggil Ram menilai IKIP Budi Utomo (IBU) Malang merupakan kampus yang juga luar biasa, karena mengajak dan mengenalkan salah satu budaya Indonesia dengan fasilitas yang sangat bagus.

"Kami mendapatkan materi kuliah tidak hanya di dalam kelas, tapi juga dikenalkan dengan budaya, tradisi, tempat-tempat wisata yang menakjubkan melalui program 'outing class'. Tidak hanya itu, kami juga diajari membatik hingga bisa menyelesaikan kain batik secara tuntas," ucap Ram.

Pembelajaran di luar kelas yang sering dilakukan di IBU Malang, menurut mereka bisa memperkaya pengetahuan, bahkan praktik secara langsung. Sebab, tak hanya memperlancar bahasa Indonesia, tetapi juga banyak pengetahuan lain yang didapat.

Pembelajaran outing class mengenai budaya di Yogyakarta tersebut dikawal dan dipantau langsung oleh Rektor IBU Malang Dr Nurcholis Sunuyeko, bahkan kemana pun puluhan mahasiswa asing itu menyusuri jejak sejarah dan budaya Indonesia di kota pelajar tersebut, rektor juga terus mengawal.

Tahun ini ada 22 mahasiswa asing program Darmasiswa dan BIPA yang belajar di IKIP Budi Utomo Malang. Ke-22 mahasiswa sing tersebut, di antaranya berasal dari Jepang, Korea, Jerman, Itali, Thailand, Malaysia, dan Afganistan.

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019