Palangka Raya (ANTARA) - Ketua Yayasan Borneo Nature Foundation, Juliarta Bramansa Ottay menyebut spesies langka di sejumlah wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terancam punah.

"Melalui penelitian yang kami lakukan, terungkap keragaman satwa liar, termasuk sejumlah spesies langka, kini terancam," kata Juliarta Bramansa Ottay di Palangka Raya, Jumat.

Dia menerangkan, penelitian yang dilakukan tersebut meliputi bentang wilayah sungai Rungan yang berada Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas dan Pulang Pisau Kalimantan Tengah.

Juliarta mengatakan, melalui pengamatan kamera jebakan dan survei fauna, pihaknya berhasil mendokumentasikan sebanyak 34 spesies mamalia yang 19 diantaranya dilindungi oleh hukum dan 108 spesies pohon yang 12 diantaranya rentan dan terancam.

Kemudian sebanyak 118 spesies burung yang 27 diantaranya dilindungi oleh hukum, 20 spesies reptil dan amfibi yang lima diantaranya dilindungi oleh hukum serta 20 spesies ikan.

World Conservation Union mengklasifikasikan, dua dari spesies ini statusnya sangat terancam punah, yakni orangutan Kalimantan dan ibis berbahu putih. Kemudian empat lainnya berstatus terancam punah dan 16 dalam kondisi rentan.

"Mereka semua menghadapi ancaman kepunahan yang tinggi di masa depan, makanya penting bagi kita untuk melestarikannya," katanya.

Juliarta menjelaskan, rangkaian penelitian berkualitas tinggi sengaja dilakukan untuk menyediakan informasi berbasis bukti ilmiah bagi pengelolaan dan strategi pelestarian serta pembuatan kebijakan di masa mendatang terhadap bentang alam Rungan.

Khususnya berupa identifikasi, deskripsi dan penelitian potensi konservasi serta menghasilkan rencana konservasi untuk wilayah tersebut bersama masyarakat, pemerintah dan pihak terkait lainnya.

Sementara itu, pada penilaian kelayakan habitat dan populasi orangutan tahun 2016 yang dilakukan KLHK dan FORINA, lanskap Rungan berada pada urutan ke-4 prioritas konservasi orangutan dengan proyeksi meta-populasi sebanyak 2.260 orangutan.

"Hutan Rungan merupakan salah satu lokasi populasi orangutan terbesar di dunia, berada di wilayah yang tidak dilindungi serta memiliki rencana alih lahan hutan," ungkap Juliarta.

Diharapkan melalui sejumlah upaya yang telah dan sedang dilakukan, mampu melindungi keanekaragaman hayati dan mencegahnya dari berbagai potensi kerusakan maupun upaya perusakan dari oknum tidak bertanggung jawab.*


Baca juga: Orangutan masuk desa di pedalaman Barito Utara-Kalteng

Baca juga: Orangutan berkeliaran di kebun warga ditangkap BKSDA Kalteng


 

Pewarta: Rendhik Andika/Muhammad Arif Hidayat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019