Jakarta (ANTARA) - Indonesia  bisa dengan cepat meningkatkan minat baca meski seringkali disebut sebagai negara dengan tingkat literasi yang rendah, terutama bagi anak-anak mudanya, kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Rosidayati Rozalina.

Saat peluncuran pameran buku internasional Indonesia yang digelar di Aula Gramedia, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Rabu, ia menuturkan, jika melihat dari animo masyarakat dalam membeli buku atau datang ke pameran buku sebenarnya respons terhadap buku sangatlah besar.

"Bahkan pameran-pameran di daerah itu berhasil mendatangkan ribuan bahkan puluhan ribu pengunjung, minat baca pasti tinggi," kata perempuan yang akrab disapa Ida itu.

Di banyak belahan Indonesia, Ida juga menyebut sudah banyak komunitas-komunitas baca yang berdiri dan aktif menyelenggarakan kegiatan.

Ketika dia turun ke daerah, tak jarang juga dia ditanyakan oleh mahasiswa atau komunitas ini bagaimana menjadi penulis andal atau kiat-kiat menulis agar dilirik oleh penerbit.

"Seperti ini makin banyak dan makin ada seperti regenerasi. Ini sesuatu yang positif dan perlu terus didoakan," ucap dia.

Mengutip dari sebuah penelitian di Australia, kata Ida sebenarnya minat baca bisa ditingkatkan terutama untuk anak dengan menghadirkan buku yang bersifat menghibur dan dekat dengan lingkungan anak.

"Ini mungkin yang harus lebih banyak lagi diterbitkan. Minat itu sudah ada, tinggal bagaimana mereka meyalurkannya. Bagaimana itu bisa jadi buku," ujar Ida.

Pemerintah juga bisa ambil bagian dalam hal ini dengan menerapkan konsep 3 M dalam buku yakni murah, mutu, dan merata.

Ida menggarisbawahi, mutu di sini tak melulu mutu dalam kacamata pemerintah yang diartikan harus memuat banyak nilai-nilai ke-Indonesia-an, tetapi lebih luas lagi sebagai buku yang mampu menarik perhatian dan disukai pembaca.

Sementara untuk harga buku, negara bisa hadir dengan mengandalikan harga kertas yang menjadi komponen biaya utama untuk memproduksi sebuah buku.

"Untuk pemerataan, kalau yang disinyalir kan sebenarnya di daerah itu bukan enggak ada minat baca tapi aksesnya yang enggak ada. Sebenarnya pemerintah banyak juga melakukan gebrakan misalnya membebaskan ongkos distribusi setiap tanggal 17 tapi itu boleh jadi baru dinikmati sebagian," katanya.

Masih banyak yang harus dilakukan agar buku bisa mencapai 3M, selain akses distribusi ke daerah, komponen biaya, dan soal mutu bagaimana agar bisa menciptakan buku yang digemari dan berkualitas, kata dia.


Baca juga: Rendahnya minat baca diakui tingkatkan penyebaran konten negatif
Baca juga: Mendikbud akui tingkat literasi Indonesia masih rendah

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019